Jum’at selalu terlihat sendu, beda halnya dengan kami(Saya, Ayu dan Erva) yang seperti segerombolan mahasiswa tanpa beban. Padahal beban UTS sedang bersarang di segenap penjuru otak. Belum ditambah beban laporan, tugas kuliah sampai cucian yang nggak kering-kering atau malah masih menumpuk di kamar?
Masih teringat perjuangan dengan Ayu di rabu siang dan malam. Sejatinya kami berdua hanya ingin mengedit format halamannya saja. tapi tak disangka, itu menjadi puncak frustasi. Saya menyerah, mengetuk-ketuk meja, menggerakkan tetikus komputer, sampai istighfar sebanyak-banyaknya tetap saja belum bisa menyelesaikannya. Ayu dibelakangku hanya melihat dan memberi semangat (tugasmu mulia sekali yu!). Sampai akhirnya dengan memgucap Bismillah saya membuka google, eyangnya solusi. Dari situ saya dikasih tau cara untuk masalah yang tengah saya hadapi. Namun tetap saja, saya dan Ayu kebingungan.
Belajar satu hal bahwa kebahagian itu tidak terikat akan sesuatu. Dalam hal ini saya membatasi kebahagian adalah ketika kita tertawa. Tidak membutuhkan modal berupa uang yang banyak, hanya dengan modal kemampuan mengolah suasana saja sudah bisa membuat guyonan nan bermutu dan renyah. Tidak pernah terikat waktu, kebahagian datang begitu saja tanpa permisi. Tak perlu tempat mewah untuk merasakannya.
Dar situ bersama Erva dan Ayu membuat mie lidi sebagai bahan bercandaan. Ceritanya adalah saya sakit perut karena memakan mie lidi berwarna merah rasa cabe dan merica. Mie lidinya itu bisa membuat kita menangis bukan karena terharu tapi karena kepedesan. Efek berikutnya adalah perut jadi mual. Mie lidi satunya berwana putih rasa garam. Rasanya hanya asin. Kreatif sekali. Mungkin setelah ini aka nada variasi rasa lain semisal rasa teh, rasa kopi, rasa seledri, rasa daun salam dst. Tapi dilarang memakan mie lidi banyak-banyak karena mengandung banyak micin. Akibat bagi kesehatan adalah sanggup menimbulkan kanker payudara(Bagi pria tentu itu tidak akan terjadi dibagian itu). Mungkin untuk pria menyebabkan kanker lidah, kanker rambut, kanker bulu mata, kanker kuku jempol kaki kiri.
Kami juga tertawa sepanjang perjalanan pergi. Menertawai Ayu yang masih duduk nyaman di demawa tanpa kepentingan apa-apa. Saya bilang dia cuma menuh-menuhi ruangan saja. Saat berjalan kami memilih lantai yang bagus karena biar terkesan sedang berjalan dengan mewah. Membuat kesepakatan untuk menuruni tangga dengan anggun. Oh, ini apa-apaan?
Setelah berlelah-lelah sekian hari dengan PKM, sejenak kami merasa plong. Sudah tidak terhantui PKM lagi. Buat Erva dan Ayu pasti merasa lega karena tidak perlu mendapat semprotan dari setiap sms saya. Maka kita harus rajin berdoa agar tidak ada revisi lagi. Lebih lanjut, agar PKM kita didanai. Lebih tinggi lagi, kita bisa sampai PIMNAS. Amin.
Senin sudah ujian, jangan lupa belajar dan berdoa. Sukses ya!
22Oktober2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar