Kamis, 30 Juni 2011

Flashdisk Baru

 Akhirnya flasdisk baru! salah satu kendala kenapa blog saya tersendat-sendat salah satunya ketidak adaan flasdisk. Semoga dengan ini, saya tidak menelantarkanmu lagi wahai blog.
Btw,di ujung sana saya percaya saya termasuk salah satu orang pertama yang kamu beritahu pertama kali akan kemenanganmu. Memangnya siapa lagi yang lebih dekat denganmu selain aku? Untuk itu aku ucapkan banyak terimakasih.
Di ujung sini betapa bahagianya aku mendengar kabar itu. lagi-lagi untuk kesekian kalinya kamu membuatku benar-benar mabuk kepayang karena rasa bahagia. Sungguh sebenarnya saya ingin menulis banyak hal. Tapi otak saya menjadi sangat ruwet. Rasanya sangat mecet mengalirkan kata-kata. Tidak ada banjir kata-kata karena terbendung bendungan.
Intinya saja ya, selamat ya untuk kemenagan sebagai juara 1 lomba roket. Apa lagi yang bisa membuatku bahagia selain kebahagianmu?
Betapa hari – hari ini saya berusaha keras mengembalikan semangat menulis yang lagi tak beres. Banyak tempat sudah tekunjungi, beragam music didengarkan untuk menstimulan, lembar-lembar buku dibaca. Hasilnya masih nihil. Padahal ide di kepala sudah meronta-ronta ingin segera ditiupkan ruh kehidupan pada diri mereka. Rasanya seperti seorang yang sembelit. Ada banyak yang ingin dikeluarkan tapi tertahan entah apa.
Betapa hari ini saya juga berusaha keras menahan nafsu tidur yang menggila. Tebak berapa lama saya tidur dalam sehari?
LIMA BELAS jam, bayangkan betapa luas mimpi yang sudah kubangun dalam sehari. Tidak ada masalah yang menerpa sebenarnya. Entahlah tiba-tiba saja kalau sudah mencium bau kasur dan guling, bawaannya langsung ingin tidur. Bahkan tak perlu waktu lama dan jeda yang lama. Jangan kaget apalagi menghujat!
Semoga semua akan berjalan dengan baik-baik saja. Tidak ada masalah yang menerpa dalam waktu dekat. Setidaknya sampai semua agenda yang harus terselesaikan rampung. Oh liburan ini aku harus menjadi kepompong yang harus meretas kupu-kupu di dalamnya.
Siap-siap ke Merbabu. Apakah saya kuat? Kita buktikan saja.
Siap-siap menyiapkan skripsi dengan pelatihan PCR.
Siap-siap ber-english ria. Kampung Pare, I really ready!
Siap-siap kencan denganmu. Oh Surabaya, panasmu akan kutantang.
*sudah bingung mau nulis apa lagi. Tulisan ini saja sudah cukup kacau.

Kencan Bahagia

Ada berbagai macam karakter orang. Dan kamu memang seperti itu. Lama aku tidak melihatmu seperti itu, atau memang aku yang kurang perhatian padamu. Setidaknya kebencianku selama dua bulan ini padamu mereduksi bersama pertemuan kita kemarin. Kita menyebutnya kencan!
Apa yang sanggup ku ceritakan dari pertemuan kemarin? Diriku ditindih dengan perasaan bahagia yang berjubel. Bingung menggunakan kata yang mana untuk mewakili unsur hati ini.
Begitulah caramu ingin menyampaikan sesuatu. Selalu saja muter-muter dulu. Ngomong basa-basi dulu. Tanpa kamu sadari saking taunya aku tentang dirimu. Aku bisa membaca maksud geranganmu tanpa harus kamu mengatakan tujuanmu. Sayangnya aku menikmati saat kita berlama-lama mengobrol.
Aku selalu tau kamu akan semakin tau jalan hidupmu. Dari dulu memang begitulah. Disaat yang lain sedang bingung menentukan hidupnya akan menjadi apa. Kamu selalu saja sudah berada di dunia yang kamu suka. Pikiranmu memang selalu satu langkah di depan kami, terutama aku.
Kini roket adalah duniamu. Aku memang berisik. Petasan orang betawi yang meledak beruntun itupun tak akan mengalahkanku. Aku bertanya-tanya ini dan ini. Hebatnya aku selalu bisa mengerti- ehm setidaknya aku pura-pura mengerti. Kita memang selalu berusaha menjadi “mu” dan melupakan “ku”.
Kalau saja ada waktu yang menyediakan dirinya lebih tepat untuk pertemuan kita. Aku ingin banyak mengobrol lagi. Bahkan setiap jeda menjadi rasa. Ada waktu sampai besok. Aku tidak tau apakah bisa atau tidak aku hadir untuk melihat kemenanganmu. Aku berharap bisa.
Doa-doaku untukmu dariku dan dariku untukmu akan di dengar Allah. Karena aku selalu percaya diri dengan ketulusan rasaku untukmu, rasamu untukku. Allah sendiri yang berjanji kalau umatnya saling mencintai karenaNya. Allah sendiri yang menjaga hubungan itu tetap kukuh.
Tidak ada yang pernah melumat aku dan kamu. Kamu masih tau aku yang tak pernah benar-benar melihat lawan bicara kala beradu ucap. Kamu juga selalu rajin bertanya tentang kakakku. Pertanyaanmu mengenai itu harus pintar ku komandokan. Kamu taukan? Aku membenci apapun berhubungan dengan kakakku.
Ah aku tau kalau tulisanku akan kacau. Rasa senang ini benar-benar merusak kerja otakku. Amburadul!
-saat aku bertemu dengan sorang teman-

Kolong Pikiran

Di bawah kolong
Berselimutkan ide
Datang tak mengetuk
Tertumpuk satu persatu
Pikiran terjepit
Segumpulan ide menggelinding
Sesak menyesaki
Menggumpal tanpa alasan
Hanya menyisakan kedunguan

-Di lembar soal ujian! tertulis demikian.- 

Jumat, 24 Juni 2011

Materi Modul Junior Smart Camp

REPORTASE
Reportase adalah wawancara. Kalau adek-adek sering lihat di acara berita di televisi pasti tau. Kita menggunakan repotase untuk informasi dari orang lain. Sebagai contoh kakak punya cerita kisah sukses seseorang dengan pekerjaannya. Keren dan sangan menginspirasi!
Namaku Whisnu. Tapi kalau lengkapnya Prof. Dr.Agr.Sc. ,Ir. Whisnu Febry Afrianto. M.sc.,.Panjang ya? Itu karena aku rajin belajar, jadi bisa mendapat beasiswa untuk kuliah ke luar negeri. Tepatnya di Jepang, Korea, dan Jerman. Asyik lo, kalau bisa kuliah diluar negeri.
Umurku saat ini masih 35 tahun. Punya 3 anak dan satu istri. Anakku dua laki-laki, dan satu perempuan. Aku sekarang bekerja di Laboratorium Moleculer, Kyoto, Jepang. Jauh ya? Aku bekerja untuk penelitian di bidang tanaman karena aku memang lulusan pertanian. Sehari-hari aku bekerja di laboratorium dari jam tujuh pagi sampai jam Sembilan malam. Kadang kalau lagi asyik meneliti suka lupa waktu. Akhirnya kadang suka pulang jam dua belas malam. Tapi kalau di Jepang jam segitu masih ramai. Jalanan masih banyak orang yang berlalu lalang.
Aku sering di undang keluar negeri untuk memamerkan hasil penelitianku. Pernah ke Amerika, Inggris, Perancis, Australia, Afrika Selatan, dan Rusia. Seringnya di luar negeri membuat rumahku penuh dengan oleh-oleh dari berbagai macam negara.
Meskipun aku sangat sibuk penelitian. Tapi setiap ada kesempatan aku selalu menyempatkan waktu untuk rekreasi bersama keluarga. Kyoto itu seperti Jogjanya Indonesia. Banyak sekali situs budaya yang bisa dikunjungi. Kyoto memang dikenal sebagai kota budayanya Jepang.
Begitu kurang lebih ceritaku. Kalau aku pulang ke Indonesia. Aku ingin menemui kalian. Aku ingin melihat generasi baru Indonesia. Kalian mungkin seumuran dengan anak keduaku. Doakan bapak ya, agar biarpun jauh, bapak tetap bisa bermanfaat untuk Indonesia.


IMPIAN
Aku selalu ingin bermimpi karena dengan bermimpi aku bisa sukses. Seperti Ikal di flim laskar pelangi yang akhirnya bisa ke Perancis.
Aku punya mimpi, sederhana saja. Aku ingin terbang ke luar Bumi. Entah ke planet mana yang penting keluar dari planet Bumi. Bumi sudah terlalu penuh, banyak polusi, dan sering perang. Aku benci perang. Perang hanya menimbulkan kehilangan. Dan aku tidak suka kehilangan. Makanya aku ingin keluar planet ini. Mungkin di planet baru aku bisa menemukan banyak hal yang tidak ada di bumi. Lebih penting mungkin di planet lain tidak ada perang.
Aku punya mimpi lain kalau mimpi pertamaku tidak tergapai. Aku ingin menjadi bajak laut. Aku suka nonton one piece. Aku ingin seperti Lutfi yang menjelajah lautan. Melihat banyak moster yang besar dan menakutkan. Menjelajah dari satu pulau ke pulau. Bertemu banyak orang. Mengalami banyak peristiwa. Tentu juga tentang mencari harta karun yang tersembunyi di dasar laut.
Mimpiku aneh ya? Aku bosan saja kalau mendengar temanku selalu bercerita kalau cita-citanya ingin menjadi dokter. Di dunia ini kan yang keren dan bermanfaat bukan hanya dokter. Ayahku seorang wartawan juga tetap bisa menolong banyak orang karena menyampaikan berita. Sehingga orang lain bisa mengetahui satu peristiwa demi peristiwa. Ibuku juga bukan  dokter. Ibuku hanya ibu rumah tangga, tapi bagiku ibuku selalu jadi penolongku. Setidaknya kalau aku lapar ibu akan memasakkanku makanan yang enak.
Itu ceritaku, mana ceritamu?


POHON HARAPAN
Ada seorang anak yang selalu menuliskan harapannya, lalu menempelnya pada pohon kertas yang diberinya naman ”POHON HARAPAN”.
Anak itu selalu menulis harapanya. Dia pernah menulis harapannya untuk bisa membeli mainan. Dia menuliskan dan menempel di pohon harapannya. Anak itu mulai menabung. Dari receh ke receh selalu rajin dia masukkan ke dalam celengannya. Setiap ada niatan untuk mengambil uang yang ada di celengan itu. Anak itu melihat pohon harapannya lagi. Anak itu mengurunkan niatnya untuk memecah celengannya. Hari demi hari celengannya semakin berat. Sampai celengannya mulai penuh. Akhirnya anak itu membuka celengan itu karena sudah tidak muat lagi untuk di isi. Setelah dibelikan maianan, bukan hanya satu mainan yang di dapatnya namun lima sekaligus.
Anak itu mulai tumbuh dewasa. Namun anak itu masih dengan kebiasaannya untuk menulis harapannya di pohon harapan. Pernah dia menulis harapannya untuk bisa kuliah di Amerika. Maka setelah menulis harapannya di pohon harapan. Anak itu belajar siang malam. Kadang lupa tidur. Setiap ada perasaan malas menghinggapinya, anak itu melihat pohon harapannya. Sirnah langsung malasnya. Begitu seterusnya. Sampai setelah lulus SMA dia benar-benar mendapatkan apa yang menjadi harapanya, kuliah di Amerika.
Begitulah adik-adik. Harapan adalah pengingat untuk kita pada tujuan yang akan kita gapai. Yah,seperti alarm yang di pasang untuk membangunkan kita tidur.
Ayo sekarang buat pohon harapanmu!

Rabu, 22 Juni 2011

Bunga Mawar Kuning Tumbuh di Seberang Jalan


Setangkup Mawar tumbuh liar. Tanah subur berbau harum khas terkena rintik hujan. Setiap mili air meluncur dari langit merembes ke pori tanah terdalam. Partikel tanah semakin memadat. Melembek. Menggenang. Air yang tak terinjak memantulkan bayangan maya dari sang punya wajah. Roda serta kaki memburamkan bayangan itu. Gelap. Tak kasat.
Mawar Kuning tumbuh liar. Setangkup Mawar Kuning mulai kuncup. Lalu mekar tergiring waktu. Lembar-lembar mahkota mulai melingkari putik dan benang sari. Bau harum menyembulkan aroma wangi yang semerbak. Perpaduan antara langu dan wangi.
Mawar kuning tumbuh liar bersama empat temannya. Akar tumbuh menghujam bagian tanah terbawah. Batang menopang teguh. Duri dengan awas melindungi. Daun selalu sibuk mengumpulkan sesuap energi. Begitulah Mawar Kuning itu tumbuh liar bersama empat temannya. Sejak Mawar tumbuh keempat temannya itulah yang dikenal.
-00-
Akar yang pemalu dan rendah hati selalu bersembunyi di balik coklat tanah. Serabutnya yang tunggang tanpa lelah mencari air untuk menghidupi temannya di atas. Akar sering mendengar orang memujinya. Tapi tidak itu yang dibutuhkannya. Dia hanya butuh seluruh temannya yang di atas tercukupi air. Kesetiaanya hanya mampu di temani makhluk mikro yang tengah bergeliat, berbicara dengan bahasanya, dan kesibukaan mengurai sampah yang tersumbat di dalam tanah. Akar suka malu-malu mau ketika seekor cacing tengah melata mendekatinya. Hanya dalam senyum yang sunyi akar berbicara. Baginya cukuplah dia terus berada di bawah. Walau tak sanggup melihat semua temannya di atas. Terhalang tanah yang seolah memisahkan dirinya dengan teman-temannya. Hanya perasaan memiliki sudah mewakili rasa cintanya. Itu cukup.Tanpa Akar, mawar kuning tak akan tumbuh.
-00-
Batang tegak. Kokoh menopang. Dengan sopan tanpa mengeluh Batang mengangkut seluruh air yang telah susah payah di cari akar. Mengedarkan keseluruh temannya yang lain. Dengan kukuh dia berdiri memecah angin agar tak membuatnya ambruk tak berdaya. Dengan genit dia menggendong mawar kuning di pangkuan tertingginya. Bersiul dengan daun ketika angin, dingin, panas menerpa. Setia kawan dengan duri untuk menjadi buta waktu demi melindungi bunga mawar kuning. Entah siang, entah malam baginya semua sama saja. Dengan kedewasaan mengayomi keseluruh temannya untuk hanya sekedar istirahat. Begitulah batang. Tanpa Batang, Mawar Kuning tak akan pernah tumbuh.
-00-
Daun pandai menari. Dia suka pamer kegemulaiannya dalam menari dengan tiupan angin. Seluruh dirinya seperti menyatu dengan angin. Manunggal. Kesibukan menyediakan makanan yang lezat selalu menjadi penantian di siang hari bagi semua. Saat malam dingin menggigil dengan malu dia tertunduk dalam tidur. Saat merasa sudah menua, Daun dengan ikhlas melepas dirinya dari Batang untuk mengurangi beban teman-temannya. Lalu Daun melapas jasadnya untuk dilumatkan agar menjadi asupan bagi temannya yang masih bertahan. Pengerbonannya tak berbalas. Tanpa Daun, Bunga Mawar Kuning tak akan pernah tumbuh.
-00-
Duri dengan garang mengawasi sekeliling. Dari tangan yang terayu indahnya Bunga. Dari makhluk nakal yang menyerang. Duri memang paling keras diantara kesemuanya. Sukar berkompromi. Jarang mau mengobrol. Andai dia punya mata mungkin matanya sudah terlalu lelah karena tak pernah terpejam. Tapi begitulah duri. Duri yang siap menusuk dengan tajamnya pucuk dirinya. Tanpa perlu diminta dia akan melakukannya. Semua  menyayangi duri layaknya adik kecil yang egois, yang manja, yang keras kepala. Begitulah Duri yang keras. Tapi tanpa Duri, Bunga Mawar kuning tak akan tumbuh.
-00-
Walau mereka berbeda. Meski mereka tak serupa. Namun tak ada yang menganggap dirinya paling berpengaruh. Semua dengan rendah hati mengakui bahwa mereka satu kehidupan. Tak perlu ada permusuhan, yang ada hanya jiwa yang terpaut. Saat sakit melanda yang satu, sakit itu akan mejalar ke yang lain.
-00-
Kini Bunga Mawar Kuning yang primadona sibuk menemani pagi hingga siang dengan Lebah. Meberikan madunya dengan imbalan Lebah akan membawa separuh hidupnya untuk ditebar. Pada angin, Bunga Mawar Kuning sudah memohon dengan takzim agar angin dengan kesediaan menebarkan separuh hidupnya yang lain. Terbang ke angkasa. Lalu menempel di tanah. Sudah saatnya semua berakhir. Akan ada Bunga Mawar Kuning baru lagi yang akan tumbuh liar entah dimana. Bersama empat temannya yang tak akan mau terpisah. Hanya menunggu waktu hingga mereka berkumpul kembali. Begitulah Bunga Mawar Kuning yang tidak akan menjadi siapa-siapa tanpa Akar, Batang, Daun, dan Duri.
-00-
Begitulah bagiku, tidak ada perbedaan yang menjadi perbedaan adanya hanya perbedaan itu sendiri merupakan perbedaan menuju persamaan.
Dan dunia ini memang diciptakan oleh Allah yang Maha Adil.
Bagaiamana kita bisa melihat keadilan Allah jika semua hanya berbentuk keseragaman?

Selasa, 21 Juni 2011

GR for JSC

Terima kasih sebelumnya untuk tanggapan dan apresiasi yang besar pada tulisan saya sebelumnya “Pubertas di Bonbin”. Harapan besar agar tulisan saya menyalurkan kemanfaatan, sekalipun hanya gelak tawa. Setidaknya bisa merenggangkan sejenak pikiran.

19 Juni 2011, H-6. Dag-Dug-Dig!
Harus sampai kapan ini menjadi kalimat pembuka. Ini bukan prestasi, bukan pula pembahasan yang menarik. Ini AIB sebenarnya, tapi memang CWC selalu kreatif, termasuk dalam membuat alasan telat!
Kita niatnya di Banyu Sumilir gladi resik buat JSC sama merayakan miladnya Ridwan. Kali ini kita pengennya main kejutan (Rara pasti banyak belajar dari pengalaman). Namun, apa dikata Ridwannya malah nggak ikut.  Sakit. Kita akan membahas Ridwan lagi di akhir cerita.
Kita sampai tujuan setelah Fatma salah jalan, ini hobby baru fatma-menyesatkan jalan orang – orang beriman (aku termasuk yang beriman ya!). Lain kali harus diadain pelatihan membaca arah dengan baik dan benar. Di tempat tujuan kita langsung merasa ingin tidur. Hawanya memang hawa tidur siang. Angin semilir, sejuk, pokoknya enak buat tidurlah. Niat itu urun kita lakukan karena memang kita bukan sedang ingin tidur siang. 
Kita langsung saja menghambur seenaknya ketempat yang ada tikernya. Berasa tikernya itu memang disediakan buat kita aja. Kita pun juga disuguhi secang anget. Untuk mas Iim yang dusun banget, ini bisa jadi pengalaman berharga karena untuk pertama kalinya mendengar dan meminum langsung secang anget. Diceritakan anak cucu ya mas, kalau dulu dimasa muda pernah minum secang!
Mengutip perkataan Ridwan”kebiasaan CWC adalah motong pembicaraan kalau ada yang ngomong sejak di Bonbin”. Itu pernyataan salah besar. Memang sih anak CWC secara kuantitas mulutnya sama dengan kebanyakan orang, tapi secara kualitas…berrrr! Dan itu sudah sejak zaman dinosaurus. Yah, rapatnyapun berakhir setelah hampir tiga jam. Untuk hasilnya tentu Novi lebih tepat yang menyampaikan. 
Satu hal yang saya ingat dari sekian banyak topic bahasan adalah PAGEM (Red. Panggung Gembira) kalau kita akan menjadikan Rara sebagai Fans yang teraniyaya dan Fatma sebagai Nunung (setelah awalnya diusulkan menjadi Melly Goslow feat Andhika untuk menyanyikan lagu butterfly.)
Setelah sholat kita langsung menghubungi Ridwan. Hari ini kan memang hari dia. Akhirnya diputuskan untuk menggerebek asrama di Jakal KM 8 tempat tinggal Ridwan. Songongnya Ridwan tanya “Ada berapa orang yang mau datang?” Dalam hati, naga-naganya bakal ada suguhan yang layak. Ehm…Memang sih layak, gelas dengan nomer (jangan-jangan ditandai Ridwan soalnya takut kita bawa pulang?) plus air putih segar. Layak banget kok.
Aku malah pengen bikin Headline “Akhwat FLP masuk asrama putra Jakal KM 8.”. Makanya aku sibuk mencoba mengabadikan gambar para akhwat itu. Ini berita heboh. Walau kata Ridwan sudah sering sebanrnya, tapi kan yang biasanya jaim. Kalau sekarang yang datang akhwat onar. Kenyataanya waktu disana benar-benar onar. Semoga penghuni asrama tersebut tidak meng-generalisir akhwat FLP. Percayalah tidak semua akhwat FLP seperti akhwat CWC!
Kita makan es krim yang dibeli Fatma dan Rara (Ayo kita belum iuran lo!). Kali ini mas Iim yang dusun itu mendapatkan teman untuk aksi ke-dusun-annya, banyak dari anak CWC yang baru kali itu untuk pertama kalinya makan es krim Vanetta.  Ya di CWC memang semua pengalaman akan didapatkan, termasuk pengalaman mencicipi yang begituan (mungkin ditambah pengalaman ngemut permen meledak di mulut juga bisa dimasukkan).
Eh Ridwan dengan baik menanggapi guyonan anak-anak buat nraktir. Kalau aku sih ogah!
Kita akhirnya berlabuh di JHSC (bener nggak?). Tempatnya sepi banget. Kami pembeli satu-satunya dengan kehebohan mewakili seribu konsumen. Akhirnya kita memesan menu sesukanya. 
Pas enak-enaknya makan, seekor serangga terayu dengan Fatma. Cuma Fatma. Akhirnya ilmu ke-higeinis-an Fatma pun mencuat (Mentang-mentang rajin membaca jurnal kerupuk. Mata kuliah yang aneh ^^”). Bersama Ridwan, Fatma melabrak managernya-atau apalah sebutanya. Di belakang kita cekikan aja. Pura-pura nggak kenal aja.
Akhirnya kita sampai pada penghujung perjumpaan. Banyak hal yang terjadi yang pasti bisa dikenang. Benarkan? Memang cerita ini telah mengalami banyak sekali sensor adegan yang heboh. Ini tidak lain semata-mata hanya untuk kebaikan saja.

Minggu, 19 Juni 2011

Uang yang Menyekat

Awalnya sudah punya ide untuk menulis ini. Tadi pagi semakin dikuatkan dengan kisah teman yang memperjuangan untuk mendapatkan kartu ujian (kalau temanku membacanya semoga memberikan semangat baru). Berbagai halangan tak menekuk semangatnya. Hingga aku sadar uang lebih menentukan banyak hal dibanding yang kukira.
Kalau aku ditanya, “Andaikan aku punya banyak uang apa yang akan kulakukan?”
Aku akan menjawab, “ Aku akan melemperkan semua uang yang kugenggam dengan sembarangan.” Bagiku buat apa selembar kertas itu? bahkan rayappun tak tertarik memakannya. Lebih baik dihina sebagai orang punya uang yang gila ketimbang orang gila uang. Bukannya hukum peruangan mengatakan orang yang punya banyak uang tak pernah salah. Bagi mereka peraturanya adalah kalau salah disuap menjadi benar dan benar akan semakin terlihat benar karena uang mereka. 
Banyak orang hebat tidak lahir dari rahim uang. Justru mereka lahir dari dimensi tanpa uang. Perjuangan mereka bukan tentang uang. Hidup mereka bukan tentang uang. Cinta mereka tak tergadai oleh uang. Orang terkasih mereka taktersingkir oleh uang. Mereka yang demikian abadi pada sejarah yang setia mengenang mereka. Dari generasi ke generasi meberikan inspirasi yang semakin tajam menginjeksi semangat banyak orang.
Bandingkan dengan mereka yang terkurung pada dunia uang (entah dalam bentuk apapun). Mereka hanya lahir untuk menguasai generasinya. hidup hanya demi uang sedangakan matinya tak sanggup membawa uangnya. Seperti debu tersapu angin yang tak meninggalkan jejak .
Memang dengan uang kita bisa membeli apapun yang kita inginkan. Mobil mewah dengan mudah bisa dibawa pulang. Rumah megah bisa dihuni dengan menukarnya dengan uang. Tapi ingatlah uang yang berlimpah hanya akan melahirkan keserakahan. Rasa ingin lebih dan lebih hingga menggandaikan banyak hal yang disekitarnya. Banyak anak yang lupa wajah ayahnya karena hampir selama hidupnya yang dia ketahui ayahnya adalah figure maya. Ayah hanya berbentuk uang. Banyak istri yang menua tanpa punya kuasa mendapatkan haknya sebagai istri. Banyak Ibu yang menghabiskan residu umurnya di kursi goyang dengan penantian panjang untuk anaknya yang merantau.
Sedangkan tanpa uang hanya akan melahirkan iri dan dengki. Betapa berserakannya berita di media tentang bagaiamana seseorang berubah menjadi malaikat pencabut nyawa hanya karena tuntutan uang. Kalau saja kita diberi kempauan melihat, mungkin saja di uang tertempel banyak syetan yang menjerumuskan. Hingga satu sentuhan saja sanggup melunturkan iman.
Baginda Rasulullah juga sudah mewanti pada kita untuk berhati-hati pada tiga perkara yang seperti lingkaran syetan;Harta, tahta, dan wanita. Tiga perkara yang menjerumuskan sekian banyak orang suci.
Untuk temanku (entah siapapun) yang saat ini sedang diperbudak dengan uang. Yakinlah  cinta Allah tak pernah menghiraukan uang. Buat apa kalian lelah dengan uang karena tujuan kalian dicipta bukan untuk uang.

Selasa, 14 Juni 2011

Melepas Keterbelengguan

Aku memang pembohong. Setidaknya pada diriku sendiri. Seringya juga pada orang lain. Kejujuran memang masih seringan kapas yang diterbangkan oleh angin. Tapi terkadang aku justru beruntung dengan itu. Entah kenapa ada banyak kejujuran yang tak perlu disampaikan karena kejujuran yang kita maksud hanya subjektivitas diri. Bukan kebenaran yang bersifat mutlak. Buat apa orang lain menerima kepahitan akibat kejujuran dari benak kita. Beruntung pula aku terlahir sebagai orang Jawa yang terbiasa menyimpan ganjalan diri untuk diri sendiri. Sekuat apapun keinginan kita mengungkapkan sesuatu yang menyakitkan, kita akan lebih memilih untuk menyimpannya sebagai benalu hati untuk diri sendiri.


Kemarin aku semakin menyadari akan kebebasan untuk melepaskan keterbelengguan dari ketergantungan diri. Lihatlah betapa sebenarnya kita dirancang sedemekian sempurna. Kita punya dua tangan, dua kaki, dua telinga, dua lubang hidung, dua paru-paru, sepuluh jari dengan ukuran yang nyaris sempurna. Komplit dan selalu sepasang. Sisi satu untuk melengkapi sisi yang lain. Lalu kenapa kita harus sibuk untuk mencari orang lain untuk menggenapinya lagi. Cukuplah alphabet terdiri dari dua puluh enam huruf, tak perlu lagi kita menciptakan huruf baru karena itu sebuah kesia-sian. Ketika kita menyadari kesempurnaan diri kita, sebenarnya itu adalah kunci melepaskan ketergantungan ke orang lain.


Aku juga merasa harus tau diri. Tidak semua orang siap dengan kehadiran kita. Dengan segala macam kekurangan (dan entah juga memiliki kelebihan atau tidak?). Yang buruk dariku, seringnya aku mencari seseorang untuk menerima semua masalahku. Padahal diri teman kita sudah membungkuk oleh beban masalahnya sendiri. Kejam. Maka sepatutnya masalah ku untuk diri ku, bukan untuk dibagikan ke orang lain. Yang akan menyelasaiakan masalahku adalah diri ku sendiri bukan orang lain. Kalau kita menyadari bahwa kita saja tak mau memanggul beban, kenapa kita menambahkan beban yang kita miliki pada orang lain. Seperti perintah sedekah, Kita dituntut untuk menyedekahkan harta bukan menyedekahkan utang!


Lalu buat apa menikah? Wah ini perkara sensitif. Ada satu hal yang tak pernah sanggup kita lengkapi dalam hidup kita. Satu hal itu adalah agama. Agama dalam hidup kita seperti sebuah sayap. Kita butuh sepasang sayap untuk terbang menemui Tuhan. Bukan satu.


Untuk teman-temanku yang selama ini merasa lelah dengan masalahku yang itu-itu saja. Maafkan aku ya. Ini bagian dari kepengecutanku yang selalu enggan menerima tuntutan perubahan dalam hidupku. Aku sudah terlalu terbuai dengan masalah ini. Tanpa kusadari terkadang aku malah memanfaatkan masalah yang melilitku untuk mendapatkan perhatian kalian. Mendapatkan simpati kalian adalah pengusir kesepian yang mujarab. Kalau tidak demikian masihkan kalian peduli denganku?

Takut pada Ketakutan yang tak Perlu ditakuti

Perpisahan adalah satu-satunya kepastian dari ketidakpastian
Seperti takdir yang berjalan tanpa kita singkap
Lalu kenapa kita harus takut mati?


Kesempurnaan hanya Fana
Seperti Tuhan yang kita percaya ada tanpa mata kita menerawang
Lalu kenapa kita harus takut dibenci


Adakah sebongkah ketakutan yang harus kita takuti?


Kalau pisau hanya besi yang bisa karatan
Kalau senapan hanya senjata yang bisa meleset dari sasaran
Kalau kebencian hanya perlu waktu untuk menyembuhkan
Kalau kekayaan hanya godaan
Kalau perpisahan hanya ditinggal pergi sang fulan
Kalau kegagalan hanya ketidak berhasilan
Kalau kematian hanya awal kehidupan pada keabadian
Kalau gelap hanya lawan dari terang dunia
Kalau syetan hanya jiwa yang dimiliki setiap jiwa
Kalau kesakitan hanya rasa yang jarang terasa
Kalau neraka hanya untuk para pendosa