Jumat, 25 Desember 2009

KYAI LANGGENG BIAR LANGGENG

Setelah melalui pembicaraan panjang kali lebar. Akhirnya didapatkan hasil yang luas.
“Liqo akan pergi ke Tawang Mangu pada tangga 22 November 2009”. Pembicaraan tentang persiapan mulai di lakukan. Kita mebahas mau ngapain, apa yang perlu di bawa, transportasi, konsumsi, sampai pada tahap pemaknaan rihlah ini.
Beres dengan itu semua, persiapan dinyatakan finish.
Aku sich menjadi anggota liqo’ yang merasa paling pasif. Sedikit memberikan usul. Lebih sering nurut aja dengan usul dan hasil kesepakatan. Bukan tanpa alasan sebenarnya. Minggu itu memang minggu leelah untukku. Otakku sudah terlalu lelah untuk dipacu.
Kita berlanjut H-1,
( pak dokter), sms yang intinya tentang “ saya gak boleh keluar jauh, jadi please yang deket-deket aja rihlahnya”. Aku tertawa satire membaca sms itu. Klasikal, teringat dengan orang tuaku di zaman dulu. Susah sekali memberi kepercayaan pada anak untuk memilih pilihannya sendiri. MANDIRI.
Waktu di tanya Rez mau usul kemana. Otakku tak mampu merangsang dengan baik. Aku sudah berfikir tempat alternatif yang tepat. Tapi otakku benar-benar menolak di ajak kompromi. Akhirnya ya lagi-lagi, sami’ na wa tokhna.
H-1, jam 21.00
Dapat sms dari Rez “ Tempat di Kyai Lnggeng. Bla…bla…bla”. Cuma bisa berkomentar
“ Aku udah pernaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah”.
Hari H datang juga,( Gak bisa tidur semalaman. Mikir kayak apa ya besok. Seru apa jadi jayus ya rihlahnya???)
Aku berangkat menuju tempat Rez kira jam 08.30. sebelumnya ke kampus dulu untuk ngambil kamera digital milik teman. Tolol bin oon, aku tuch gak tau kalau gerbang belakang pertanian itu di buka. Alhasil aku lewat peternakan-UNY-merasakan kemacetan sunmor-dan akhirnya ke pertanian. Uring- uringan. Please dech naik motor dengan kecepatan 10 KM/ jam? Salah satu hal yang paling aku benci. Setengah mati. Mendekati membunuhku malahan.
Perjalan berlanjut, sampai disana menjadi mutarabbi paling akhir( TELAT???forever dech).
Saat kami siap dengan formasi motor yang telah di atur. Awalnya hujan turun rintik-rintik. Lama-lama hujannnya rontok. Byuuuuurrrrrrr. Mantel tak terlalu melindungi kami. Air hujan berhasil lolos untuk membasahi bagian tubuh kami.
Hujan berakhir di magelang. Di sana blas gak ujan. Semua merasa males berhenti untuk melepas mantel. Jadi yah, kami tetep memakai mantel walau cuacanya cerah bin benderang.
Sampai di Kyai langgeng…
Hore…akhirnya sampai juga.hihihi, tertawa puas.
penyakit HERI ku kumat. Dunia serasa menjadi milikku sendiri. Temen-temen dan Rez serasa Cuma jadi orang ngontrak.
Masak aku dikira anak SMA to…ih, walau aku tau aku memang selalu muda sich (hahaha).
Muter – muter gak jelas dulu. Tempat parkir-loket karcing- berhenti di jembatan- rolling coster. Heran mosok semua merasa rolling coster nya menakutkan. Dee malah bilang mual. kalau untukku, rolling coster nya masih buat pemula. Butuh sesuatu yang lebih ekstrim lagi. Lebih dan lebih. Untuk membautku takut.
Rute berikutanya. MINI ZOO-panggung- sungai-perpustakaan- dan yang terakhir di gubug.
Acara inti…
Ternyata pas baru duduk, adzan langsung berkumandang. Pending dulu. Sholatnya bergantian.
Setelah semua selesai, acara inti dimulai.
Di awali dengan acara games. Mulai dari games jayus sampai gak bermutu di keluarkan semua. Capek dengan games gak jelas itu. Sang MTO( Awn) mulai acara serius. Lebih tepatnya acara yang di paksakan serius. Aku lupa dia menamakan apa? Whatever lah.
Sialnya dia menunjukku sebagai orang pertama yang harus bercerita tentang diriku( Awas ya!!!). Aku bingung mau bercerita apa. Akhirnya cuma menjawab pertanyaan amburadul temen-temen. Aku gak seterbuka temen-temen. sepertinya.
Setelah aku-aw-dee-pak dokter-CMKS. Yang terakhir dan yang paling panjang Rez. jadi banyak tau tentang Rezku. Tentang dirinya, keluarganya, masa lalunya. Jujur, masih merasa hanya membahas masa lalu. Belum membahas masa sekarang dan masa depan. Sedikit normatif pula. Tapi mungkin ada waktu lain yang lebih tepat. Acara ini di akhiri dengan foto bersama.
Suasana sudah mulai sepi dan adzan ashar juga sudah mengalun. Saatnya kami pulang.
Mendengar kata perpisahan, berpisah, pisah selalu membuat emosi ku terkoyak. Selalu takut mengahadapi hal menakutkan itu.
Kyai langgeng jam 16.00
Dengan formasi yang sama, kami naik motor dengan begajulan. 80-90 KM/ JAM je.
Berpisah…
Sesampainya dirumah…
Kamera digital harus dikembalikan pagi-pagi buta karena mau di pakai. Jadi baru malamnya bisa melihat hasil foto-fotonya.
Juara 1 paling narsis: CMKS
Juara 2: Dee
Juara 3: aku dan Aw
Juara harapan 1: Pak Dokter(soalnya gayanya selalu sama, tak pernah senyum pas difoto, kesannya jadi galak. Sok cool banget je. hehehe)
Juara harapan 2: Rez(mungkin beliau harus jaiz-jaga IZZAh- didepan kami).
Selesai…

Nambah dikit lagi ding,
Pas habis nulis tugas di FLP. Aku coba buka foto-fotonya di laptopku ditemani instrumennya lagu I belive-ost My sassy girls-. Sungguh membuatku merasa foto itu bercerita kepadaku. Kalau ini menjadi perjalan yang cukup istimewa.
Di rumahku di temani ponakanu yang
hobbynya nangis pas ngeliat aku.
Sabtu, 28 Nov 2009 06.33 Wib.

PDKT 1th Day 5 Desember 2009

PDKT jadi suatu kegiatan yang dinanti bagi anggota FLP. Bukan hanya untuk angkatan baru, tapi angkatan tua pun menanti acara itu. Salah satunya aku. Sebenarnya dihari pertama aku ingin ikut mulai dari awal. Berangkat bersama beberapa panitia dan angkatan baru. Tapi apa daya, hari ini kebetulan aku ada responsi. Ikut agenda sejak awal menjadi suatu hal yang mustahil bagiku.
Tepat jam 15.00 WIB setelah mempersiapkan semua. Karpet, setumpuk kertas buat pelatihan empatik, dan berbagai barang lainnya. Aku berangkat bersama mas iim menuju maskam. Karena kita janjian untuk berangkat bareng denga Mas ashif, fatma dan mbak flo. janjian kumpulnya di maskam, tepat habis ashar. Tapi tepat seperti prediksiku. Aku menjadi orang pertama.
Bosan menunggu lama. Aku menjadi tak sabar lagi. Aku mencoba untuk menelpon Fatma.
“ Fatma dimana dirimu…bla…bla…” panjang, tak henti aku terus berbicara di telepon. Fatma sama sekali tak ku beri kesempatan untuk bicara. Nyrocos.
Ternyata fatma telat karena harus menunggu flo. Terus harus menjemput risma dan ngambil paggangan roti di bunda kun. Walah, terpaksa ngalah. Sedikit berempati tak terlalu merugikan.
Berdua dengan mas iim. Bisa jadi ini alamat menuju kesatu hal. Pertengkaran. Selalu begitu. Kami kan bagai kucing dan anjing atau Tom and Jerry. Selalu ada hal yang bisa diangkat menjadi bahan pertengkaran. Yah bisa ditebak, adegan gontok-gontokan jadi hiasan di saat kami menunggu yang lain yang tak kunjung datang.
Dari kejauhan fatma datang tapi dia datang hanya untuk memberikan helm yang dipinjam Mas Iim. Setelah itu cuma bilang harus menjemput flo kemudian mengambil panggangan roti. OK lah, Kami siap menunggu lagi. Gantian dari kejauhan Mas Ashif datang bersama Mas Hasan. Tak perlu berpikir panjang Mas Iim menginstropeksikan agar Mas Ashif pulang dan mengambil motor buat dipinjem karena kita kekurangan motor untuk berangkat. Mas Ashif dan Fatma cabut. Kami menunggu lagi.
Satu persatu datang, Flo datang dengan risma yang sebelumnya dijemput di MIPA selatan. Kemudian Mas Ashif bersama Mas Hasan datang dengan motor terpisah. Yang terkhir dan paling menyenangkan adalah fatma datang. Berarti kita siap berangkat dan menunggu dianggap berakhir. Alhamdulillah, sudah hampir leleh menunggu nih.
Sampai disana, acaranya sedang teater. Ketinggalan banyak. Tapi aku sudah tak terlalu tertarik menikmatinya. Kuputuskan ke pantai bersama Mas Iim, atas ajakannya juga. Di pantai rasanya apa yang sejak diperjalan kupendam kulampiaskan semuanya di pantai. Aku berusaha agar semua plong. Mas Iim juga melakukan itu. Bernyanyi tak jelas dan tak karuan. Kami menutupnya dengan duet maut lagu Awan dan Ombak. Aku sebagai Yana Yulio dan Mas Iim sebagai Agnes Monica.
Kembali ke asrama langsung Sholat Magrib. Acara demi acara terus belangsung. Tapi aku merasa bosan entah kenapa, aku tak paham. Yang jelas semua tak terlalu menarik perhatianku. Istana Impian yang biasanya menjadi acara yang menarik, malam itu juga jadi tak menarik bagiku. Terasa garing. Gak da gregetnya. Apalagi peserta ikhwannya cuma 7 orang. Dikit baget. Membuat suasana semakin sepi. Hari pertama ku lalui begitu saja. Tak ada yang terlalu istimewa. Semua berakhir begitu saja kubawa tidur. Melelahkan.

Perjalanan Asoi Geboi

Awalnya…
Pagi-pagi tanpa jadwal atau di agendakan sebelumnya, mas iim disuruh kakaknya ngambil laptop di magelang. Aku,,,yah, seperti biasanya jadi tumbal untuk menemaninya-tertawa sinis-.
Kuliahku kosong jadi berangkat lebih pagi. Wes gak bas-basi langsung cabut.
Berangkat…
Naik motor itu adalah saat yang tepat untuk konser. Teriak-teriak di jalan tak akan terlalu memalukan karena suara terhalang oleh udara yang ada disekitar. Al hasil karaoke, lebih tepatnya duet maut aku dan mas iim langsung jadi heboh( sudah susah dibedakan antara menyanyi dengan teriak-teriak di hutan. Tapi suara kami indah lo. Lumayan kalo jadi Divo di bus2).
Sampai di sana jam 09.30. gila perjalan yang kami tempuh jogja-magelang terlampaui cuma satu jama. Bagaima tidak, la kita naik dengan kecepatan 100 KM/ jAm. Yang bikin emosi adalah helm yang tak gunakan adalah helm yang keadaanya 60% gak layak pakai. Kecepatan seperti itu membuatku tercekek. Angin yang bertiup wus-wus menarik helmku kebelakang. Tali helm jadi alat gantung diri terbaik menurutku. Gak bias nafas( lebay banget, tapi emang ngono e’).
Sampai dirumah kakak mas iim…
Disambut dengan cukup meriah oleh kakaknya mas iim. Basa-basi, ngobrol ngalor-ngidol(red. Utara-selatan), dan tentunya perkenalan( mosok aku dikenalkan sebgai teman seangkatan, please fitnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah).
Urusan beres, cabut secepat mungkin buat ngejar sholat jum’at. Setelah sebelumnya makan dengan sayur bayam, ayam, tempe, dan tahu. Yuuumi makan gratis….
Rasanya garing perjalanan ini kalau langsung pulang. Di putuskan sebelum pulang kita akan jalan2 ke banyak angkrem( atas rekomendasi kakaknya mas iim). Mantep dengan keputusan, kita langsung menuju kesana. Tapi ternyata jalan yang ditempuh ki sulitnya pangkat 200. Jalan yang penuh tikungan, gak ada penanda arah, jalan lumutan-licin banget-, jalan yang macadam. Bahkan pas sudah satu arah, jalannya menikung bin menanjak dengan jalan bagian tengah masih tanah-bolong tengahe koyok sundel bolong-. Wes pokoke ekstrim banget. Atuuuuuttt. Akhirnya nyerah dan pulang aja.
Magelang-jogja again…
Mboh karena oon atau karana kecerdasan yang sudah berkurang dimakan usia. Mosok kita pulang lewat jalan gunung. Yang secara otomatis jadi lebih jauuuh(peristiwa kecekek helm masih berlangsung di perjalan pulang ini…lebih parah malah).
Wes adzan sholat jumatan dulu…
Takdir memutuskan kami sholat di masjid kampoeng. Pedalaman. Masjid yang aneh banget. Mosok, sholat rowatib-qobliyah- di khomati. Terus jamaah sholat bareng( tak piker sholat jumatan lo). Habis itu baru di adzani sholat jumat. Eh habis jumatan dikhomati maneh buat sholat rowatib-baqdiyah-. Aku melongo…gak perlu piker panjang. Ayo cepet cabut dari masjid ini. Sebelum semakin aneh lagi, lagi dan lagi.
Sampai muntilan…
Beli oleh-oleh dulu je. Beli salak. Gak tanggung2 10 KG( sok2an tenan)!!! Akhirnya bebanku bertambah selain merasakan cekekan maut dari helmku aku juga harus mangku 10 kg salak. Tapi nyanyi tak akan berhenti hanya karena hal itu. Lanjuuuut terusssssssssssss
Sampai Rumcay….
Langsung tepar tapi perjalanan yang cukup menariklah.
4 Desember 2009

Kutunggu

Masih menunggu di stasiun
Menunggu sesuatu yang tak pasti
Lama
Detik berganti menit
Menit pun berlalu
Sekarang jam yang menggantikan menit
Yang kutunggu tak kunjung datang
Lelah
Kecewa
Lalu apa?
Apakah aku akan menyalahkan keadaan?
Atau menyalahkan diri sendiri?
Ingin rasanya bangkit
Menghubunginya
Ah tidak…terlalu gengsi untukku
Aku ingin dia yang menghubungiku
Aku hanya ingin mengujinya
Seberapa dia membutuhkan aku
Aku hanya ingin tau
Seberapa dia mengaharapkan aku
Aku hanya berharap
Dia datang membujukku pulang
Dia datang untuk mengatakan bahwa
Apa yang kupikirkan salah
Biarlah aku menunggu sebentar lagi…
Masih terlalu besar dihatiku
Ini sepertinya kereta terakhir
Di malam ini
Aku melihat
Ratusan orang mulai keluar gerbong
Satu, dua, tiga….
Seratus…..
Seratus satu…
Orang terkhir pun keluar
Ternyata juga bukan kamu
Sekarang memang aku harus bangkit
Bukan untuk menghubungimu
Tapi untuk pergi
Melupakanmu
Memulai sesuatu yang baru
Bersama orang lain
Yang mungkin akan jauh lebih baik darimu
Meniggalkanmu sebagai kenangan
Terimakasih untuk masa lalu darimu
Indah…
Walau sekarang itu hanya masa lalu

INDONESIA KERANJANG SAMPAH TERBESAR DIDUNIA

Masalah yang tidak ada ujungnya di Indonesia yang seperti akar pohon yang menajam kuat ke dasar tanah. Jadi untuk mengatasinya adalah dengan menumbangkan pohonnya tanpa menyisakan akarnya. Agar tak tumbuh lagi, lagi dan terus tumbuh lagi. Hingga hanya menjadi masalah yang tak ada pangkal ujungnya.
Sebenarnya persoalan sampah bukan hanya karena belum bisanya Indonesia dalam mengelola sampah. Lebih dari itu, sebenarnya kasus sampah ada karena matinya hati manusia yang sudah tak mau peduli lagi terhadap lingkungan. Manusia pada dasarnya tau ini dan itu. Manusia mengerti jika melakukan ini maka akan terjadi itu. Namun semua hal itu akhirnya hanya tertambat di otak. Tak sanggup bergerak menuju hati. Yah, sekali lagi Karena hati manusia zaman sekarang sudah mati untuk peduli terhadap lingkungan.
Sebuah prestasi yang entah harus di tanggapi dengan bagaimana. Indonesia hampir tak pernah absen masuk 10 peringkat di dunia dalam masalah lingkungan. Semisal Indonesia menjadi peringkat 4 negara penyebab Global Warming. Indonesia juga menjadi peringkat 6 dalam masalah pencemaran air karena sampah ( sekitar 775 ton polutan mencemari air di Indonesia). Selain itu menurut Environmental Performance Index (EPI) atau Indeks Kinerja Lingkungan 2010 yang disusun oleh tim ahli lingkungan di Yale University dan Columbia University, dari 163 negara di dunia Indonesia menempati peringkat 105 untuk Lingkungan untuk berkembang-biaknya penyakit-penyakit, peringkat 139 untuk polusi Air, peringkat 115 penyediaan air minum yang aman, peringkat 117 polusi air yang berpengaruh terhadap ekosistem, peringkat 75 Biodiversitas dan Habitat dan peringkat 107 perubahan iklim.
Dari data di atas kita sanggup menilai seburuk apakah negara kita. Sekaligus sebarapa berat beban tanggung jawab kita untuk meluruskan semua keberantakan ini.
Bukan tanpa bosan pemirintah menghimbau masyarakatnya agar peduli terhadap masyarakat agar lebih peduli lingkungan. Slogan-slogan dipasang ditiap sudut. Penyuluhan dilakukan untuk anak sampai lansia. Dari TK hingga perusahaan. Peraturan dan kebijakan dibuat oleh pemerintah. Sayangnya semua itu berkahir tanpa adanya sambung berkait untuk menyelesaikan masalah ini. Sangat mudah untuk kita bisa melihat sampah larut dalam sungai. Tak terlalu sulit untuk melihat sampah yang menggunung tinggi. Bukan hal sulit pula untuk mencium bau busuk dari sampah. Ya, karena Indonesia adalah keranjang sampah terbesar di dunia.
Langkah kongkrit yang kita lakukan sebenarnya sangat sederhana. Kita hanya harus mematuhi setiap himbauan yang bersifat anjuran dari pemerintah. Sebut saja untuk membuang sampah pada tempatnya, berhemat listrik, menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan efisiensi dalam menggunakan sampah. Semua progam pemerintah itu baik jika masyarakat bersedia melaksanakan dengan semangat. Namun dari pemerintah sendiri sebagai pencentus progam itu sudah seyogyanya memberikan contoh dalam mengaplikasan semua progam tersebut. Karena selama ini pemerintah begitu inkosisten dengan progamnya sendiri. Pemerintah malah memberikan contoh dengan melanggar aturannya yang telah dibuatnya. Maka, jika ingin ada perubahan maka sangat perlu ada sinergi diantara keduanya.
Sekarang semua tanggung jawab itu ada di bebankan kita. Kita tak perlu mengeluh kalau kita belum mendapatkan manfaatnya hari ini. Tapi percayalah semua akan terakumulasi secara akurat untuk generasi penerus kita.

Ini Bernama Cinta

berawal dari setahun yang lalu
kecelakaan kecil membuat perubahan besar
dalam hidup kita berdua
perubahan itu bernama PERNIKAHAN

aku menjadi mencintaimu,kamu pun demikian
kamu menjadi mencintaiku, aku pun menganggapmu bidadariku
senyum mu...
kerlingan matamu...
lesung pipimu...
semua berubah menjadi firdaus dunia bagiku

kamu selalu menyediakan makan pagi untukku
walau aku tau sebenarnya kamu baru belajar untuk itu
kamu selalu mencuci pakaianku hingga besih
walau aku tau sebetulnya kamu tidak terbiasa dengan itu

1 tahun setelah itu...
kehidupan kita semakin meriah oleh adanya
pangeran kecil kita "Kholid"

kerja kita menjadi berlipat-lipat
kita tak terlalu paham dengan siang atau malam
yang kita tau kalau sang bayi menangis
kita harus segera menghiburnya

suatu ketika aku lihat dirimu menangis
ku ajukan pertanyaan " Kenapa sayang?"
kamupun menjawab dengan sesenggukan
"aku capek yah, kholid gak mau berhenti menangis"
segera tanpa perlu kau minta
aku menggantikanmu menggendong kholid
setelah kholid tidur
aku beranjak mendekatimu
ku pijat punggungmu
bukan dengan tenaga tapi dengan CINTA

sekarang setelah 20 tahu berlalu
kelauarga kita bagai kesebelasan sepak bola
aku, kamu, kholid, asma, furqon, ahmad, fatimah, asyiah,
hasan, husein, umar
hari-hari terasa selalu ada keistimewaan

kita selalu dituntu untuk senantiasa belajar
belajar memenuhi 9 kebutuhan yang berbeda
mengabulkan 9 keinginan berbeda
memahami 9 karakater berbeda
dan kita terus dituntut belajar lagi, lagi dan lagi

bukan berarti kita pasangan yang tanpa masalah
kamu pernah marah karena cemburu
aku pun pernah merasakannya
hingga terkadang luka-luka kecil itu ada dan membekas
tapi selalu tak lebih dari 3 hari
kita mampu merubah gelap menjadi terang
semu menjadi nyata
hampa menjadi ceria
diam menjadi bahagia
cemberut menjadi senyum

hah semoga kita akan selalu diikat oleh do'a kita
kepada Rabbi kita yang punya kuasa akan segala CINTA

yah, sebuah doa yang akan selalu kita panjatkan
" Ya Rabb, satukan kami sekeluarga 10 tahun lagi, 100tahun lagi
100 tahun lagi, hingga akhir surga itu menjadi rumah kami"

2 Desember 2009

Temanku Ku Sayang

Besok adalah hari ulang tahun sahabat karibku, Roni. Sahabat yang sejak kecil bermain, belajar dan berpetualang bersamaku. Walau dari dua keluarga yang berbeda. Aku yang hanya anak seorang tukang becak sedangakan Roni anak dari seorang polisi. Sama sekali tak membuat tembok pembatas diantara kami. Malah membuat hubungan kami saling melengkapi. Pernah suatu ketika Roni menunggu di depan gerbang sekolah hanya untuk menungguku yang memang selalu telat. Karena memang jarak sekolahku hampir 15 KM dan aku harus menempuhnya dengan naik sepeda. Alhasil Roni yang harusnya tak salah apa-apa harus kena hukuman hanya karena ingin menemaniku. Dan masih banyak lagi kawan cerita indahku bersama roni. Yang tak akan cukup hanya berakhir disebuah kertas.
***



Terik tak menghalangiku untuk mengayuh sepedahku. Menyusuri sungai brantas, di sekeliling kulihat para pengendara motor saling salip menyalip dengan pengendara mobil. Mereka seolah tak peduli dengan para pejalan kaki dan pengguna sepeda yang sedari tadi terus terpepet karena harus mengalah. Semakin ku kayuh sepedah semakin terasa berat karena aku harus melawan arah angin.
Butiran keringat mengucur deras dari sekujur tubuhku. Bau asem dari tubuhku sedikit demi sedikit mulai terhendus oleh hidungku. Sampai di Jalan Doho, aku menyetir sepedahku dengan sangat hati-hati. Jalan ini adalah pusat kota Kediri. Hampir 60% perdagangan bepusat di di sini. Tapi jangan sangka kalau para penjualnya adalah orang Kediri, karena dipastikan orang Kediri hanya menjadi penjaga toko saja. Sedangkan pemiliknya adalah orang-orang ketrunan tiongha. Miris kalau lihat pemandangan ini, manusia yang punya tanah kaya raya ini malah harus jadi babu di rumahnya sendiri.
Aku terus meluncur dengan sepedahku hingga akhirnya aku sampai pada tempat yang kutuju. Sebuah pasar loak. Pasar ini menjual berbagai macam barang bekas. Mulai dari alat-alat otomotif, perabot rumah tangga, buku bekas, hingga alat-alat yang tak jelas. Di pasar ini aku sering mengahabiskan waktu untuk mecari barang bekas yang dijual hampir ¼ dari harga barang baru.
***
Kuletakkan sepedah bututku di tempat yang aman. Sepeda yang banyak bagianya sudah tidak utuh lagi ini adalah warisan turun temurun dari kakekku. Jadi sepedah itu bisa di bilang sudah berusia hampir ¾ abad. Ku sandarkan sepadaku pada dinding tembok yang bertuliskan Kediri Bersinar Terang. Di sebelah sebuah beringin besar yang rantingnya bergelantungan. Salah satu hikmah yang bisa kupetik dari sepeda bututku adalah tak perlu repot-repot menguncinya dan takut kemalingan. Karena hanya maling yang super kere yang mau maling sepedahku.
Mataku mulai menerawang kiri dan kanan. Mencari pedagang yang menjual buku. Kakiku terus melangkah menyisiri setiap sudut pasar. Tapi hasilnya masih nihil. Yang kulihat hanya para pedagang alat-alat motor. Di tikungan depan aku mencoba untuk berbelok ke arah kiri. “Nah ini dia, akhirnya ketemu juga” seruku sambil seutas senyum penuh kemengan.
“ Cari apa mas?” tanya pedagang itu padaku.
“ Ehm cari buku La Tahzan pak. Ada pak?” jawabku sambil mengamati tumpukan buku-buku yang ada di depan ku.
“ Pak saya beli ini.” Tiba-tiba suara itu muncul dari belakang dan ketika mataku melihatya. aku hanya bisa menarik nafas panjang. Ternyata seorang pembeli yang ingin membeli buku yang hendak ku beli.
“ Wah mas belum beruntung nich”. Ujar penjual itu.
“ Iya kayaknya pak”. Komentar penjual itu membuat hatiku sedikit mendongkol.
Aku kembali memulai pencarian lagi.
Ku temukan satu lagi penjual buku loak.
Tanpa basi- basi aku langsung bertanya. “ Mas ada buku La tahzan gak? “
“ La tahzan itu buku apa mas?” penjual itu menjawab dengan penasaran.
“ La Tahzan itu bukunya Aidh Al Qarni itu lo pak, yang sampulnya tebal dan warnanya orange. Kira-kira tebalnya segini.” Tanganku mencoba memberikan clue pada bapaknya seberapa tebal buku itu.
Tapi sayang bapak itu tetap bertahan dengan ketidaktahuanya. Ya sudahlah aku memutuskan mencari di tempat lain saja.
Mungkin hari ini adalah hari sialku. Hampir semua penjual buku gak tau dengan buku itu dan seandainya tau pun pasti ia tidak menjualnya. Mungkin semua pembaca buku itu begitu sayang dengan buku itu. Hingga menjadi sebuah kesalahan besar kalau sampai membuangnya ke tangan para peanjual buku loak.
Dari ujung hingga ujung lagi sudah kutelusuri seisi pasar loak ini. Tapi aku tak berhasil mendapatkannya. Dalam keputus asaan aku merogoh dompet yang ada di sakuku. Uang yang ada di dompetku isinya sepulur ribu tiga, lima ribu empat, dan seribuan dua puluh. Uang yang susah payah aku dapatkan dari menjual 2 ayamku.
“ Cukup kalau membeli buku baru”. Otakku bekerja untuk mengkalkulasi.
“ Tapi…. “. Aku masih bingung karena uang itu aku dapatkan dengan susah payah.
Roni yang tersenyum tiba-tiba berkelebat dalam bayanganku. Aku mengutuki diriku sendiri yang punya niatan untuk jadi orang pelit. Niatku kembali mebaja. Seolah badai pun takkan mampu menghadang niatanku ini.
Perjalan kulanjutkan ke sebauh toko buku yang terkenal murah. Kali ini bukan toko buku loak, tapi buku baru.
“ Mas beli buku La Tahzan”
Penjualnya menjawab hanya dengan anggukan dan seutas senyum. Tak berselang lama penjual itu datang dengan buku tebal yang kucari dengan susah payah sedari tadi.
“ Harganya enam puluh ribu mas”
“ Ha…gak bisa kurang mbak.” Pintaku sambil memelas.
“ Gak bisa mas, ini harga pas.” Penjual itu menjawab dengan yakin tanpa keraguan sedikitpun.
“ Yaudah mbak”.
Setelah kuberikan uangku. Penjual itu memasukkan buku La Tahzan itu ke dalam tas kresek warna hitam.

****




Langakah kakiku kupercepat untuk mengambil sepedah. Waktu sudah semakin malam. Aku ambil sepedahku yang tersandar. Kemudian aku berancang-ancang laksana Valentino Rossi bersiap-siap memulai start. Aku menhitung sampai tiga. Yak, sepedahku ku kayuh dengan kecepatan penuh. Wus…wus…wus…sepedahku seperti melayang karena dorongan yang begitu kuat dari angin.
Di jembatan lama sungai brantas kecepatanku sama sekali tidak berkurang. Jalan jembatan yang sempit sama sekali tak kupedulikan. Aku pikir mumpung jalannya sepi.Tin…tin…tin...tiba-tiba suara bel keras dari sebuah mobil membuat kosentrasi buyar berantakan. Setir sepedahku bergoyang tak karuan. Aku sudah mencoba mengerem tapi sama sekali tak berpengaruh. Tubuhku mulai ikut goyah dan tak mampu ku kendalikan lagi.
“Bruuuuuuuuk…” aku jatuh di pinggir jembatan. Dan buku yang susah ku beli telempar di ujung jembatan. Aku berusaha meraihnya. Aku mengankat sepeda yang menimpa kakiku. Aku berdiri yang kurang tegak dan mencoba melangkah untuk mengambil buku itu. Langkahku semakin rapuh. Saat aku begitu dekat dengan buku itu. Aku tak sanggup lagi menahan sakit dikakiku. Dan bruuuk!!sekali lagi aku terjatuh. Tanganku yang lemas menyenggol buku itu. Buku itu jatuh bebas kesungai. Arus sungai membawanya hanyut. Seperti tak kasihan dengan keadaanku.
Sambil sesenggukan aku berdiri lagi. Aku menahan kuat agar air mataku tak menetes. Kuangakat sepedahku. Setir sepedahku menghadap terbalik. Pedal sepedahku copot satu. Tak ada pilihan lagi selain menuntun sepadahku hingga sampai rumah. Kira – kira masih 10Km lagi.Sungguh aku tak kuat lagi menahan tangis dan air mataku meleleh juga.

****



Sesampainya di rumah aku tak nafsu untuk berbicara sepatah katapun. Aku juga sama sekali tidak punya niatan untuk meladeni omelan ibuku yang tau sepedahku rusak parah. Aku langsung merebahkan diriku dalam ranjang tanpa kasur di kamarku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku biarkan diriku larut dalam kedihan.
Sekarang Cuma ada aku dan kesedihanku. Aku bangkit dan aku menuju ke rak buku. Aku ambil buku kosong. Aku curahkan semuanya pada buku itu . Aku sering melakukan ini. Aku sadar hanya Alloh yang mau menerima keluhanku. Dan dengan buku aku salurkan kesedihanku itu. Aku menulis dan terus menulis. Aku lupa waktu. aku hanya terus menulis.
Jam dinding menujukkan pukul 03.00 WIB. Aku menghentikan tulisanku karena sudah tak ada lagi halaman yang kosong. Buku 32 halaman itu penuh tak bersisa. 14 halaman pertama berisi puisi, 20 halaman kedua beris ucapan terima kasih dengan cerita persahabatan mereka dan 8 halaman terakhir berisi penuh permohonan maaf dalam berbagai versi penulisan. Buku ini akan ku berikan pada Roni, pengganti buku La Tahzan yang entah sekarang sudah sampai mana.

****



“ Hari ini aku tak boleh telat” tekadku dalam hati.
Pukul 04.00 WIB. Setelah aku membungkus buku yang hendak kuberikan pada Roni dengan selembar koran. Aku langsung mandi dan bersiap untuk berangkat. Tanpa pamit aku menyahut sepeda adikku. Entahlah nanti bagaiman cara adikku nanti berangakat sekolah. Yang penting aku tidak boleh terlambat hari ini. Aku tidak merasa sakit atau ngantuk karena tak tidur sedetikpun sejak tadi malam. Seolah-olah ada kekuatan yang membuatku begitu kuat laur biasa. Inilah kawan kekuatan tekad!
Sekolah masih begiu sepi ketika aku datang. Pak satpam dengan jahil mengejekku.” Wah ajaib. Mr telat sekarang datang pertama ke sekolah. Hebat.gak lagi kerasukan kan?”. Mulutku nyengir mendengar gurauan garing dari satpam itu.
Aku langsung masuk ke kelas, menaruh tasku pada bangku. Kemudian aku menuju ke depan lagi. Takut kalau roni menugguku di depan.
Cukup lama aku menunggu. Akhirnya sosok yang kutunggu datang juga. Aku melambaikan tangan untuk memberitahukan keberadaanku. Roni membalasnya dengan sedikit tidak percaya kalau itu aku.
“ Ada apa gerangan nich sob, kok tumben-tubembenya berangkat pagi?” pertanyaan yang akan ditanyakan oleh siapapun yang terbiasa dengan ketelatanku.
“ Sebenarnya Ron. Kalau aku mau, walau naik sepedah setiap hari aku bisa datang tepat waktu.Tapi itu gak mungkin Ron. aku harus membantu ibuku memasak dagangannya dulu baru bisa berangkat. Tapi untuk hari ini spesial ron”.
“ La emangnya kenapa? “
“ sudah ikut saja”. Tanpa perstujuannya aku menyeretnya ke dalam kelas yang waktu itu masih begitu sepi tanpa penghuni. Aku ambil kado dari dari tasku. Sekali lagi roni ku seret menuju taman sekolah.
Tak kubiarkan roni mengalami kebingungan. Aku kemudian menjelaskan “ gini ron, selamat ulang tahun ya!” sambil kuberikan kado untuknya.
Roni membuka kadoku. Roni membuaka lembar demi lembar dari bukuku. Roni kemudian memelukku. Erat sekali. Dan roni mebisikan sesuatu ke telingaku “ TERIMA KASIH FIKRI”

****
1 Desember 2009
Di kamar, 10.15. Yoyakarta



Entahlah mungkin ini karya yang biasa.
Tapi aku menulis ini untuk berusaha menjadi lebih baik