Sabtu, 25 September 2010

Naga Merah

Naga merahku akhirnya kembali
Mendarat ke sangkar besarnya
Di belakang istana
Naga merahku mengaung keras
Tanda bahagia akan pertemuan
Atau tanda ketidak sabaran
Merobek jalanan malam
Meliuk terbang siang hari
Menukik ke atas saat badai dan hujan
Terbang memutar saat naga merah melihat sang pujaan hati
Memelan saat pohon merontokkan daunnya
Aku sungguh tak kuasa
memenjara keinginan lebih lama lagi
Segara mengajak naga merah
Terbang bebas lagi dengan naga merahku
Melipat jalanan
Membungkus awan
Menertawai dunia
Membelakangi lautan
Mempercundangi bayangan yang jauh di bawah
*Dedikasi untuk montor Blade merahku yang sudah 1 minggu kutinggal di Kediri.

Pangeran Kacamata

Pengeran kacamataku kau kemarin hadir dalam hidupku
Begitu dekat, tak seperti biasanya yang hanya bisa kupandangi dari kejauhan
Aku bisa memandangmu, walau aku masih sering tertunduk tak mampu
Merasakan kehadiranmu
Mendengar gelak tawak dan percakapanmu
Kini aku tersiksa lagi oleh kerinduan denganmu
Rindu saat sedih bersamamu
Rindu saat kau mau setia menemaniku dalam kesremawutan hidup
Rindu saat liburan kau menelponku,
Lama melepas kerinduan
Membiarkan terbang
Dan saat aku selalu tak bosan menceritakanmu ke ayah dan ibuku
“ Hidupku sekarang berbeda, Aku sekarang punya sahabat!”
Saat sekarang kita semua dibayang-bayangi kematian
Saat berpisah dengan begitu terasa begitu menyakitkan
Saat aku tau
Tak sepenuhnya kau yang menginginkan ini semua
Ketakutan dan kepengecutanku turut ikut campur
Pangeran kacamata
Sang kodok merindukamu
Kau sahabat sang kodok yang tak tergantikan
Tak terbelah
Tak terbagi
Kelak ketika sang kodok sudah menjadi abadi
Sang kodok tak akan lelah mencarimu
Setia menunggu dalam cipratan pertemuan surga
Selamanya

Ini Baru Namanya Buber-03092010

Biasanya buber hanya diisi dengan kegiatan menyantap buka secara bersama-sama. Datang , nunggu magrib setelah itu langsung makan. Yah, kalau gitu apa bedanya dengan buka sendiri. Tapi kemarin berbeda, saya dan mbak Dyah, mbak Isti dan mbak Nunung makan di djejamuran Jalan Pandega dengan suasana hangat kekeluargaan. Rasanya memang merindukan pertemun penuh keajaiban dengan Tim Kukuruyuk. Apalagi sekarang temanya adalah makan gratis. Terima kasih Mbak Nunung.

Kali ini pembicaraannya berkutat pada cerita dibalik keluarnya Mbak Isti dari FLP. Dia bercerita kalau memang FLP adalah segalanya, tapi bagaimana juga sekarang jalan terbaik bagi dirinya adalah dengan keluar. Berkosentrasi dengan LSM TORCHnya. Semoga menjadi yang terbaik ya mande!

Mbak Nunung mondar-mandir karena tak tau dimana tempatnya. Jadi saya berdiri di depan warung layaknya patung penyambut. Dan itu berhasil.

Obrolan jadi melangkah ke topik tentang Negara. Kaitanya dengan hubungan Indonesia dengan Malaysia. Mulai menguraikan kesremrawutan Indonesia yang punya segudang kekayaan ini. Miris sekali.

Eh, saya lupa kenapa setelah itu kita berpindah ke topik tentang buruknya pelayanan kesehatan Indonesia. Tentang suster yang suka tidak manusiawi terhadap pasien. Dokter dengan dedikasi rendah dan cenderung memperkaya dirinya sendiri. Sampai pembahasan mengenai obat. Ah, pembahasan yang sama sekali tak menyentuh ranah ilmu kami.