Kamis, 07 Juni 2012

Kemauan dan Keharusan


“ Apa sih yang salah? Aku selalu merasa jauh lebih baik darimu dalam banyak hal! Kamu tidak lebih hanya penikmat. Sedangkan aku selalu sebagai pelaku. Nyatanya kamu lebih memiliki banyak teman dibanding aku.” Kamu memelankan laju motor. Agar lebih bisa mendengarkan suaraku.

“Apa yang salah?” Aku mengulangi pertanyaan yang sama. Kamu hanya diam. Kamu selalu tau kapan harus menyela,dan sekarang belum waktunya. 

“Aku sudah tamat banyak buku motivasi, psikologi, komunikasi, dan ini, dan itu. Entah berapa kali aku membaca teori yang sama dalam buku yang berbeda. Dan kamu? Aku bahkan masih ingat buku terakhir yang kamu baca!” 

“Akhirnya, fakta, data, analisis itu hanya sebuah teori tentang apa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sesungguhnya terjadi.” Aku masih tidak mau berhenti.

“ Mau mampir di rumah makan padang dulu?” Kamu menyela.

“Aku serius!”

Kamu tertawa.

“Sama seperti yang kamu katakan tadi, aku tidak lebih baik darimu. Tapi bagiku, kita…Manusia…Selalu tau apa yang harus kita lakukan. Mudah membuat orang tau tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Tapi tidak pernah mudah membuat seorang mau melakukannya.”

Aku diam. Suara angin yang kemudian menguasai semuanya. “ Singkatnya, kita hampir dalam banyak hal tau apa yang harusnya kita lakukan, tapi apa yang harus kita lakukan bukan menjadi apa yang kita mau.”

“ Kamu benar. Terlalu sulit bagiku memisah,lalu memilih kapan saat kalah, mengalah, dan pasrah. Semuanya terlalu tercampur.”

“ Aku juga tidak yakin, aku benar-benar punya banyak teman Nu. Semua serba tidak jelas, aku semakin sulit menentukan mana yang basa-basi dan mana yang tulus. ”

“ Aku sering berbohong padamu At. Hanya agar aku terlihat selalu benar dimatamu.” Kepalaku tertunduk. Udara dingin malam semakin menekan kulit.

“ Aku juga Nu.”

“ Berjanjilah padaku bahwa kamu selalu menerimaku sama seperti saat ini kamu menerimaku. Saat aku melakukan apa yang aku mau entah itu apa yang seharusnya kulakukan ataupun tidak. “
 

“ Sampai sekarang aku selalu diposisi itu Nu. Tapi aku berjanji!”

Senyum kami mengembang. Bulan tertutup langit gelap. Lampu berubah hijau. Motor melaju lagi, dengan iringan bunyi klakson.