Senin, 25 Oktober 2010

Hubungan Harmonis Kakak Beradik


Full Metal Alchemist 51 Episode,
Sudah sekian lama sebenarnya punya anime ini. Udah tersimpan sangat rapi di hard disk eksternal saya sekian waktu. Tak tersentuh. Belum ada niatan saja. Soalnya waktu baca cerita di komiknya agak GeJe. Waktu nonton sekilas episode-episode awal juga agak GeJe. Akhirnya minat saya terhadap anime ini amat sangat rendah. Urutan kesekianlah dari daftar flim yang harus saya tonton.
Tapi waktu liburan merapi kemarin, saat semua flim yang saya miliki telah terbabat hanya dalam waktu beberapa hari. Padahal liburan masih tersisa sekian hari lagi. Satu-satunya yang tersisa ya hanya Anime Full Metal Alchemist ini. Akhirnya terpaksa menontonnya. Dan prediksi saya akan flim ini salah. Flim ini keren, bagus dan ciamik. Rekomendasi buat ditonton.
Ceritanya adalah tentang si Ed dan si Al, kakak beradik. Kehilangan sosok ibu membuat mereka begitu terpukul. Faktor usia bisa jadi alasan akan hal itu terjadi. Akhirnya kakak beradik ini nekat memilih untuk menghidupkan ibunya dengan sebuah teknik Alchemist terlarang. Karena meraka masih alchemist pemula. Jurus itu malah merenggut tubuh si Al dan hanya menyisakan jiwanya saja. Sedangkan si Ed kehilangan sebelah tangan dan kakinya. Tragis sekali. Apakah saya juga akan seterpukul itu, hingga berbuat nekat kalau kehilangan ibu saya. (Ah, apa-apaan. Saya tak berani membayangkan yang beginian).
Dari sana, saya menemukan hubungan kakak beradik yang begitu harmonis. Ed adalah kakak yang menyayangi Al, adiknya. Ed merasa bersalah akan kesalahannya yang hingga membuat adiknya berada di sebuah armor untuk menopang jiwanya setelah kejadian itu. Ed adalah kakak yang mau mengorbankan apapun demi melindungi adiknya. Sekalipun Ed juga kakak yang tengil nan arogan. (Biasalah hegemoni seorang kakak!). Merasa lebih tua lebih berkuasa. Nah tak kalah baiknya, Al juga adik yang sangat amat menyayangi Ed. Bahkan terkadang peran kakak untuk menjaga diambi alih oleh Al. Al kadang lebih dewasa ketimbang Ed. Soalnya si Ed suka bertndak gegabah dan semaunya. Intinya sih, mereka adalah pasangan kakak beradik yang harmonis. Mampu hidup sebagai dua individu yang saling melengkapi.
Kehidupanku,
Saya dengan kakak saya walau satu rumah dari kecil, bahkan saling senyum saja tidak pernah. Kalau lewat, ya lewat begitu saja. Tak ada keinginan dari saya untuk harus menegur kakak saya. Kalau kakak saya lagi insaf dan menegur saya, terlebih dahulu saya tak terlalu hasrat membalasnya. Kalau saya jarang insaf dan menegur kakak saya dulu. Itu sudah sekian lama terjadi, dari saya kecil hingga sekarang. Apakah kami harmonis? Kami hanya merasa tak ada masalah dengan itu.
Dari sana saya suka ketergentungan dengan salah satu teman saya (Sebut saja dia Mr.Bernandes). Ketergantungan itu karena saya menganggap teman saya itu sebagai kakak, menggantikan kakak saya yang acuh tak acuh itu. (yang menurut saya teman saya itu lebih cocok disebut kakak saya ketimbang kakak saya sendiri). Dia Dewasa, mengayomi dan perhatian. Dia melengkapi dan meutupi kelemahan saya. Serta melindungi saya. Kakak sejatilah. Senang sekali kalau bersamanya. Rasanya kedamaian abadi seperti yang disebut pembukaan UUD 1945 sudah tercapai saja. Untung dia juga menganggap saya sebagai saudaranya. Jadi perhatian saya tak bertepuk sebelah tangan. Mungkin benar kata Rasulullah, kalau hubungan dengan sahabat itu jauh lebih dekat ketimbang dengan saudara sendiri.
Intinya lagi, semoga saya dan teman saya bisa di dekatkan selalu dalam do’a dan keterikatan batin. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar