Ada berbagai macam karakter orang. Dan kamu memang seperti itu. Lama aku tidak melihatmu seperti itu, atau memang aku yang kurang perhatian padamu. Setidaknya kebencianku selama dua bulan ini padamu mereduksi bersama pertemuan kita kemarin. Kita menyebutnya kencan!
Apa yang sanggup ku ceritakan dari pertemuan kemarin? Diriku ditindih dengan perasaan bahagia yang berjubel. Bingung menggunakan kata yang mana untuk mewakili unsur hati ini.
Begitulah caramu ingin menyampaikan sesuatu. Selalu saja muter-muter dulu. Ngomong basa-basi dulu. Tanpa kamu sadari saking taunya aku tentang dirimu. Aku bisa membaca maksud geranganmu tanpa harus kamu mengatakan tujuanmu. Sayangnya aku menikmati saat kita berlama-lama mengobrol.
Aku selalu tau kamu akan semakin tau jalan hidupmu. Dari dulu memang begitulah. Disaat yang lain sedang bingung menentukan hidupnya akan menjadi apa. Kamu selalu saja sudah berada di dunia yang kamu suka. Pikiranmu memang selalu satu langkah di depan kami, terutama aku.
Kini roket adalah duniamu. Aku memang berisik. Petasan orang betawi yang meledak beruntun itupun tak akan mengalahkanku. Aku bertanya-tanya ini dan ini. Hebatnya aku selalu bisa mengerti- ehm setidaknya aku pura-pura mengerti. Kita memang selalu berusaha menjadi “mu” dan melupakan “ku”.
Kalau saja ada waktu yang menyediakan dirinya lebih tepat untuk pertemuan kita. Aku ingin banyak mengobrol lagi. Bahkan setiap jeda menjadi rasa. Ada waktu sampai besok. Aku tidak tau apakah bisa atau tidak aku hadir untuk melihat kemenanganmu. Aku berharap bisa.
Doa-doaku untukmu dariku dan dariku untukmu akan di dengar Allah. Karena aku selalu percaya diri dengan ketulusan rasaku untukmu, rasamu untukku. Allah sendiri yang berjanji kalau umatnya saling mencintai karenaNya. Allah sendiri yang menjaga hubungan itu tetap kukuh.
Tidak ada yang pernah melumat aku dan kamu. Kamu masih tau aku yang tak pernah benar-benar melihat lawan bicara kala beradu ucap. Kamu juga selalu rajin bertanya tentang kakakku. Pertanyaanmu mengenai itu harus pintar ku komandokan. Kamu taukan? Aku membenci apapun berhubungan dengan kakakku.
Ah aku tau kalau tulisanku akan kacau. Rasa senang ini benar-benar merusak kerja otakku. Amburadul!
-saat aku bertemu dengan sorang teman-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar