Rabu, 22 Juni 2011

Bunga Mawar Kuning Tumbuh di Seberang Jalan


Setangkup Mawar tumbuh liar. Tanah subur berbau harum khas terkena rintik hujan. Setiap mili air meluncur dari langit merembes ke pori tanah terdalam. Partikel tanah semakin memadat. Melembek. Menggenang. Air yang tak terinjak memantulkan bayangan maya dari sang punya wajah. Roda serta kaki memburamkan bayangan itu. Gelap. Tak kasat.
Mawar Kuning tumbuh liar. Setangkup Mawar Kuning mulai kuncup. Lalu mekar tergiring waktu. Lembar-lembar mahkota mulai melingkari putik dan benang sari. Bau harum menyembulkan aroma wangi yang semerbak. Perpaduan antara langu dan wangi.
Mawar kuning tumbuh liar bersama empat temannya. Akar tumbuh menghujam bagian tanah terbawah. Batang menopang teguh. Duri dengan awas melindungi. Daun selalu sibuk mengumpulkan sesuap energi. Begitulah Mawar Kuning itu tumbuh liar bersama empat temannya. Sejak Mawar tumbuh keempat temannya itulah yang dikenal.
-00-
Akar yang pemalu dan rendah hati selalu bersembunyi di balik coklat tanah. Serabutnya yang tunggang tanpa lelah mencari air untuk menghidupi temannya di atas. Akar sering mendengar orang memujinya. Tapi tidak itu yang dibutuhkannya. Dia hanya butuh seluruh temannya yang di atas tercukupi air. Kesetiaanya hanya mampu di temani makhluk mikro yang tengah bergeliat, berbicara dengan bahasanya, dan kesibukaan mengurai sampah yang tersumbat di dalam tanah. Akar suka malu-malu mau ketika seekor cacing tengah melata mendekatinya. Hanya dalam senyum yang sunyi akar berbicara. Baginya cukuplah dia terus berada di bawah. Walau tak sanggup melihat semua temannya di atas. Terhalang tanah yang seolah memisahkan dirinya dengan teman-temannya. Hanya perasaan memiliki sudah mewakili rasa cintanya. Itu cukup.Tanpa Akar, mawar kuning tak akan tumbuh.
-00-
Batang tegak. Kokoh menopang. Dengan sopan tanpa mengeluh Batang mengangkut seluruh air yang telah susah payah di cari akar. Mengedarkan keseluruh temannya yang lain. Dengan kukuh dia berdiri memecah angin agar tak membuatnya ambruk tak berdaya. Dengan genit dia menggendong mawar kuning di pangkuan tertingginya. Bersiul dengan daun ketika angin, dingin, panas menerpa. Setia kawan dengan duri untuk menjadi buta waktu demi melindungi bunga mawar kuning. Entah siang, entah malam baginya semua sama saja. Dengan kedewasaan mengayomi keseluruh temannya untuk hanya sekedar istirahat. Begitulah batang. Tanpa Batang, Mawar Kuning tak akan pernah tumbuh.
-00-
Daun pandai menari. Dia suka pamer kegemulaiannya dalam menari dengan tiupan angin. Seluruh dirinya seperti menyatu dengan angin. Manunggal. Kesibukan menyediakan makanan yang lezat selalu menjadi penantian di siang hari bagi semua. Saat malam dingin menggigil dengan malu dia tertunduk dalam tidur. Saat merasa sudah menua, Daun dengan ikhlas melepas dirinya dari Batang untuk mengurangi beban teman-temannya. Lalu Daun melapas jasadnya untuk dilumatkan agar menjadi asupan bagi temannya yang masih bertahan. Pengerbonannya tak berbalas. Tanpa Daun, Bunga Mawar Kuning tak akan pernah tumbuh.
-00-
Duri dengan garang mengawasi sekeliling. Dari tangan yang terayu indahnya Bunga. Dari makhluk nakal yang menyerang. Duri memang paling keras diantara kesemuanya. Sukar berkompromi. Jarang mau mengobrol. Andai dia punya mata mungkin matanya sudah terlalu lelah karena tak pernah terpejam. Tapi begitulah duri. Duri yang siap menusuk dengan tajamnya pucuk dirinya. Tanpa perlu diminta dia akan melakukannya. Semua  menyayangi duri layaknya adik kecil yang egois, yang manja, yang keras kepala. Begitulah Duri yang keras. Tapi tanpa Duri, Bunga Mawar kuning tak akan tumbuh.
-00-
Walau mereka berbeda. Meski mereka tak serupa. Namun tak ada yang menganggap dirinya paling berpengaruh. Semua dengan rendah hati mengakui bahwa mereka satu kehidupan. Tak perlu ada permusuhan, yang ada hanya jiwa yang terpaut. Saat sakit melanda yang satu, sakit itu akan mejalar ke yang lain.
-00-
Kini Bunga Mawar Kuning yang primadona sibuk menemani pagi hingga siang dengan Lebah. Meberikan madunya dengan imbalan Lebah akan membawa separuh hidupnya untuk ditebar. Pada angin, Bunga Mawar Kuning sudah memohon dengan takzim agar angin dengan kesediaan menebarkan separuh hidupnya yang lain. Terbang ke angkasa. Lalu menempel di tanah. Sudah saatnya semua berakhir. Akan ada Bunga Mawar Kuning baru lagi yang akan tumbuh liar entah dimana. Bersama empat temannya yang tak akan mau terpisah. Hanya menunggu waktu hingga mereka berkumpul kembali. Begitulah Bunga Mawar Kuning yang tidak akan menjadi siapa-siapa tanpa Akar, Batang, Daun, dan Duri.
-00-
Begitulah bagiku, tidak ada perbedaan yang menjadi perbedaan adanya hanya perbedaan itu sendiri merupakan perbedaan menuju persamaan.
Dan dunia ini memang diciptakan oleh Allah yang Maha Adil.
Bagaiamana kita bisa melihat keadilan Allah jika semua hanya berbentuk keseragaman?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar