Rabu, 25 Agustus 2010

Kodrat

“Air mata ini adalah rahmah, Allah telah menjadikan di dalam hati hambanya (kesedihan), dan sesungguhnya Allah merahmati kasih sayang pada hambanya”. HR Bukhari.

Seorang sahabat bilang padaku, “Lelaki itu,pantang untuk menangis”. Aku balas bertanya” kenapa? Apa salahnya?”. Dia menjawab dengan panjang dengan berbagai pendapat pribadinya. Satu kesimpulan yang kudapatkan. Menangis itu hanya kebiasaan yang dilakukkan oleh wanita, bukan laki-laki. Sungguhkah demikian?

            Bagiku menangis itu sesuatu yang menyenangkan. Entahlah itu aku. Bagiku kepenatan yang terpendapam akan padam ketika kita menangis. Hormon stres yang ada di dalam tubuh kita seolah tertekan, pedih memang. Tapi perasaan setelahnya adalah melegakan. Bukankah begitu?

            Sang lelaki yang murah hati dan murah senyum matanya juga tak pernah kering matanya. Lelaki yang terkenal dengan sebutan sebagai Al-amin itu, hampir tiap malam meneteskan air mata. Dalam sujudnya di sepertiga malam, matanya selalu sembab dan merah. Dan tahukah kita, apa yang membuatnya selalu menangis? -Ah, aku tak sanggup menyebutnya-. Bibirku terlalu hina untuk mengatakan, bahwa yang lelaki dermawan itu tangisi adalah kita, Umatnya. Dialah Muhammad, sang kekasih Allah.

            Bahkan umar bin khatab, pria gagah nan perkasa juga mememiliki hati yang terlalu lembut bagai salju. Umar begitu mudah tersentuh, begitu kontras dengan tubuh kuatnya. maka tak heran ketika hendak menemui Rasulullah, Umar melihat Rasulullah, sahabat yang selalu ada untuknnya itu sedang berbaring di atas tikar yang permukaanya begitu kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang telalu keras. Sama sekali tidak meihatkan kenyamanan. Kemudian umar mengucapkan salam kepadanya dan duduk di dekat sahabat terkasih. Air mata Sang singa padang pasir itu pecah. Umar tak kuat menahan tangisnya melihat Rasulullah tergeletak dengan segaa sesuatu yang jauh dari kata sederhana.

Rasul yang mulia itu bertanya, "mengapa engkau menangis ya Umar?"Umar menjawab, "bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera".



Nabi menjawab dengan nada begitu lembut, "mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga, sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya."

Lalu masih berpikir bahwa menangis adalah kodrat wanita?

 dimuat di kotasantri.com 28Agustus2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar