ah mungkin sudah jadi resiko kalau ngontrak dirumah dengan harga murah. Pasti ada saja penderitaan yang akan kita rasakan. Paling parah ya waktu hujan. Kalau musim kemarau sih gak terlalu karena kontrakanku berada di daerah pedesaan dan sebelah perumahan elite. Apalagi banyak pohon besar yang tumbuh dihalaman rumah. Jadi panas mah bukan masalah.
Beda banget kalau musim hujan. Bawaannya jengkel melulu. Lihat air menetes dari semua bagian sudut rumah. Dari ruang tamu, kamar-kamar, ruang istirahat, dapur sampai kamar mandi. Ini membuat kami tak bisa memasak di kontrakan, walaupun ada kompor sekalipun. Yang bikin emosi lagi kalau waktu mandi turun hujan. Serasa ada shower otomatisnya aja.
Air yang menggenang di lantai juga bikin tambah jengkel. Gimana gak? Kan otomatis keadaan itu membuat kita harus ngepel setiap hari. Selain itu kontrakan jadi terkesan kumuh banget. Harus rajin-rajin nge-check barang-barang juga, siapa tau aja ada yang jadi korban. Aku sampai takut bayangin kalau waktu tidur, tiba-tiba kontrakanku rubuh. GEDUBRAK!!!Takut bayanginnya!?
Kalau musim hujan juga sering terjadi pencemaran kamar mandi. Kran buat air mandi soalnya dapet bonus lumut hijau yang seger. Hiiiii, jijay banget. Malah aku pernah gak sengaja mendengar kalau kontrakan belakang kontrakanku pas lebih parah lagi. Di sana katanya sering muncul cacingnya. Oh noooo!!!
Baru beberapa hari yang lalu saat ingin beli lemari baru, aku semakin tersadar kalau kamarku itu begitu sempit banget. Padahal kupikir barang-barangku tak terlalu banyak juga. Cuma ada dua rak buk, satu meja belajar+kursinya, satu kursi lagi dan satu kasur kecil. Udah itu doang.
Pohon besar dihalaman rumah, di satu sisi menguntungkan karena membuat teduh saat musim panas. Disisi lain itu juga membuat penderitaan tersendiri. Secara, kalau lagi rontok daunnya sering membuat bongkok badan ini karena harus menyapu setumpuk daun-daun kering yang jatuh plus buahnya. Memang tak bisa menafikkan kata pepatah yang bilang “ada harga ada barang”.
Atleast, memang banyak derita yang harus dihadapi di kontrakanku. Tapi bagiku kontrakanku adalah istanaku. Banyak hal yang membuatku selalu merindukannya. Ketika kadang hati ini terasa penat, beristirahat di kontrakan juga bagian terapi yang yahut. Duduk di teras di sore hari sambil menyedu secangkir teh selalu membuatku merasa dama(walau kadang-kadan doang). Saat malam bisa membaca Al Qur’an di teras juga jadi bagian memoriku yang tak akan sanggup kulupakan. Canda tawa, ketenangan, perhatian dan kasih sayang juga hal biasa yang kurasakan di kontrakanku.
Beda banget kalau musim hujan. Bawaannya jengkel melulu. Lihat air menetes dari semua bagian sudut rumah. Dari ruang tamu, kamar-kamar, ruang istirahat, dapur sampai kamar mandi. Ini membuat kami tak bisa memasak di kontrakan, walaupun ada kompor sekalipun. Yang bikin emosi lagi kalau waktu mandi turun hujan. Serasa ada shower otomatisnya aja.
Air yang menggenang di lantai juga bikin tambah jengkel. Gimana gak? Kan otomatis keadaan itu membuat kita harus ngepel setiap hari. Selain itu kontrakan jadi terkesan kumuh banget. Harus rajin-rajin nge-check barang-barang juga, siapa tau aja ada yang jadi korban. Aku sampai takut bayangin kalau waktu tidur, tiba-tiba kontrakanku rubuh. GEDUBRAK!!!Takut bayanginnya!?
Kalau musim hujan juga sering terjadi pencemaran kamar mandi. Kran buat air mandi soalnya dapet bonus lumut hijau yang seger. Hiiiii, jijay banget. Malah aku pernah gak sengaja mendengar kalau kontrakan belakang kontrakanku pas lebih parah lagi. Di sana katanya sering muncul cacingnya. Oh noooo!!!
Baru beberapa hari yang lalu saat ingin beli lemari baru, aku semakin tersadar kalau kamarku itu begitu sempit banget. Padahal kupikir barang-barangku tak terlalu banyak juga. Cuma ada dua rak buk, satu meja belajar+kursinya, satu kursi lagi dan satu kasur kecil. Udah itu doang.
Pohon besar dihalaman rumah, di satu sisi menguntungkan karena membuat teduh saat musim panas. Disisi lain itu juga membuat penderitaan tersendiri. Secara, kalau lagi rontok daunnya sering membuat bongkok badan ini karena harus menyapu setumpuk daun-daun kering yang jatuh plus buahnya. Memang tak bisa menafikkan kata pepatah yang bilang “ada harga ada barang”.
Atleast, memang banyak derita yang harus dihadapi di kontrakanku. Tapi bagiku kontrakanku adalah istanaku. Banyak hal yang membuatku selalu merindukannya. Ketika kadang hati ini terasa penat, beristirahat di kontrakan juga bagian terapi yang yahut. Duduk di teras di sore hari sambil menyedu secangkir teh selalu membuatku merasa dama(walau kadang-kadan doang). Saat malam bisa membaca Al Qur’an di teras juga jadi bagian memoriku yang tak akan sanggup kulupakan. Canda tawa, ketenangan, perhatian dan kasih sayang juga hal biasa yang kurasakan di kontrakanku.