Hal yang paling mengusik saya kala Ramadhan ini masih mengenai pencarian kos. Apa ya…Bagi saya mencari kos itu sulit! Saya bukannya ogah-ogahan untuk mencari kos. Saya berjuang untuk itu. Saya keliling satu tempat kos satu hingga tempat kos yang lain. Bahkan saya sempat membaca tutorial bagaimana mencari kos yang baik dan cepat di internet. Sayang hasilnya masih nihil. Ada tempatnya, hati yang nggak ada. Ada hati, tempatnya yang nggak ada. Apalagi mencari kos di waktu sekarang-sekarang ini sudah menjadi kesulitan karena sudah banyak dirombong oleh mahasiswa baru. Oh dalam keadaan seperti ini saya semakin merasa RumCay adalah sebaik rumah yang pernah kusinggahi. I love so much.
Untung tiga hari ini saya merasa terhibur dengan keasyikan Ramadhan. Biasanya saya menghabiskan waktu dengan menonton dorama, tilawah, tidur, kajian lalu mengulang kegiatan tersebut lagi untuk hari itu dan keesokan harinya. Dan inilah daftar tersebut secara urut:
Pertama kalinya makan masakan aceh,
Saya memesan mie aceh cumi, roti cane es krim strawberry dan milk shake cokelat. Mie aceh cumi itu mie yang bumbu rempahnya terasa kuat sekali. Ketika kita makan, sensasi dimulut adalah fusi antara rasa dan bau yang tajam. Pedas yang dipakai bukan menggunakan cabai tapi merica. Mienya sendiri memang membuat kenyang. Baru setengah piring saja, perut rasanya sudah terisi penuh.
Berbeda dengan roti cane. Roti cane itu adalah roti yang bisa dimakan dengan berbagai macam aneka rasa. Bisa di saji dengan gulai kambing-akan memeberikan rasa manis dan pedas-, bisa di saji dengan es krim – akan memberikan rasa manis dan manis-.
Banyak komentar kalau beda daerah beda lidah. Itu sebabnya teman-teman saya yang notabene orang jawa kurang begitu cocok dengan masakan aceh karena selera rasanya jauh berbeda. Untungnya saya sih oke aja dan sungguh menikamatinya. Mungkin harganya saja yang kurang bisa dinikmati. He…
Pertama kalinya saya sholat terawih melahap 1 juz,
Percaya atau tidak bagi saya ini kebetulan pangkat tiga. Waktu diskusi menentukan dimana kita akan terawih setelah dari buka bareng. Terselip dua nama masjid, Jogokaryan dan Kauman. Saya sebelumnya sudah tau kalau Jogokaryan imamnya selama seminggu akan diisi oleh syekh dari Palestina. Itu alasan kenapa saya lebih getol menolak di sana. Soalnya takut lama. Dan mati-matian memilih masjid Kuaman saja.
Awalnya semua berjalan sesuai rencana. Terawih di Kauman memberikan sensasi kuno yang secara tidak sadar membuatku nyaman. Terawihnya terasa sedang wisata. Sampai semuanya berubah saat seorang pembicara maju (ustadz Fani kalau nggak salah). Intinya sih mengatakan bahwa kita akan sholat terawih satu juz. Saya langsung menggumam dengan ekspresi yang sangat terkejut, what? 1 juz? Geblek salah tempat nih.
Dan kebetulan pangkat tiganya adalah ternayata di Kauman imamnya juga syekh dari Palestina. Dan kalau melihat ada Ustadz Fani di sana, bisa jadi syekh Palesetina yang di Kauman itu yang harusnya di Jogokaryan. Bukankah ini menerima apa yang ditolak?
Kalau berbicara bagaimana rasanya. Saya merasa tidak khusuk! Mungkin iman saya yang memang belum sampai tahap 1 juz. Tapi betapa lamanya kita berdiri membuat pikiran saya punya banyak waktu mengembara kemana-mana, kaki saya seolah harus terpaksa bergerak, mata saya memandang sekitar dan mengamati keadaan sekitar -hampir semua kaki jama’ah selalu bergoyang-. Pokonya kalau diibaratkan rasanya hampir sama seperti di upacara. Kita berdiri dalam rentang waktu yang bisa dikatakan lama. Setelah semua berakhir, saya (pribadi) merasa sudah sok pantes masuk surga saja. He…
Pertama kalinya saya (mau) merasa dekat dengan teman liqo’,
Bagi saya Seno dan Atna memang dua orang yang cukup paling bisa mengimbangi keeksentrikan gaya saya. Mungkin karena mereka juga eksentrik. Atna yang golongan darah A banget dan Seno yang culun nan bersahaja.
Kalau ketemu isinya memang hanya saling menghina, saling menjatuhkan, dan ngobrol nggak penting. Memang sih hidup saya hanya berisi kolaborasi hal-hal tersebut. Tapi mau bagaimanapun itu menyenangkan bagi saya.
Saya dan Atna berkunjung ke tempat KKN nya Seno. Saya sampai detik terakhir masih saja bingung. Memang kita mau ngapain sih di sana?Tapi dari siang sampai buka bareng di sana, terasa begitu special. Walau melakukan hal-hal tidak penting tetap saja menarik dan menyenangkan. Melihat Seno yang terlihat sedikit lebih gemuk, adu mulut dengan Atna, sampai ghibah kemana-mana -ups!-. Bagi saya kemarin menjadi salah satu episode paling berkesan dalam hidup saya. Apalagi dimalamnya saya mendapatkan dua sms dengan waktu hampir bersamaan dari mereka berdua.
“Great day with Wisnu and Seno today! Semangat mengumpulkan tiket surga di ramadhan ini! Fighting!” ( Atna, 070811 22:08). Ini dikatakan oleh Atna yang setau saya jarang mengungkapkan rasa suka-benci-marah-bahagia-kecewa-lega atau perasaan lainya secara eksplisit. Dan Atna telah menjadi penolong saya pada akhirnya. Untuk sementara, saya bisa mengungsi di rumahnya sampai saya mendapatkan kos yang layak. Lega. Dari sekian banyak teman saya, saya cukup terkejut Atna lah yang mau menolong saya.
“Makasih bnyk whisnu untk semuany hari ini.,,,insyaAllah smgt ku menyala lg., jazakumullah..”(Seno, 070811 22:12)
Intinya ternyata bukan saya yang merasa GR sendiri bahwa kemarin adalah hari yang menyenangkan. Tapi kalian berdua juga. Terimakasih ya!
~We~