Sabtu, 25 Desember 2010

PDKT angkatan XII

PDKT angkatan XII 1st Day
Sabtu,04 Desember 2010
Sebenarnya semuanya sudah saya cicil sejak sekian hari sebelum hari ini. Modul sudah saya copy sejak rabu. Hanya saja kesibukan kuliah ikut menghambat beberapa hal untuk diselasaikan. Saya sudah membereskan semua hal dengan perubahan yang dianggap perlu. Fatma patner yang selalu melengkapi setiap kelalaianku berualang kali menanyai satu persatu hal yang sudah tersedia atau belum. Dan selalu jawabanku sudah. Padahal sesungguhnya masih sedang saya kerjakan. Tapi saya tidak suka kalau saya sedang melakukan sesuatu kemudian diganggu orang lain. Maka saya menjadwal semuanya. Jam segini saya harus sudah selesai ini, jam segini harus selesai itu.
Saya itu orangnya ingin semuanya cepet dan benar. Saya tidak bermaksud menisbatkan bahwa saya seorang perfeksionis hanya saja saya tidak suka keletoian. Rasanya gemes aja, pengen langsung menghandel. Akhirnya itu semua membuat saya memback-up kesemuanya. Dan dalam bayanganku semua anak CWC sedang asyik dengan dunianya masing-masing. Bahhh!!!
Gara-gara seseorang yang tidak sama sekali saya sukai peringainya yang suka memerintah dan komen gak penting. Nafsu hidupku meredup. Amarahku meletup. Beberapa orang terkena dampak yang tak patut diterima. Untungnya mereka tak merasa kena semeburan mautku. Alhamdulillah. Untung juga Rara tak ikut, kalau ikut mungkin saja dia tak akan luput dari semburan berbisaku. Kemudian air mata akan membanjiri. Dengan polos dia akan berkata “ Aku tuh nggak berguna banget ya?”. Hahaha, saya suka kasian. Tapi galak sudah bawaan orok Ra. Jadi kamu harus lebih membiasakannya. Kan saya sudah menjadi senpaimu(red. Kakak angakatan dalam perguruan perLebay-an). Motto kita adalah “Kami nggak lebay, Lebay hanya tuntutan peran.”
Fatma di ruang laboratorium masih saja memastikan satu hal demi satu hal. Saya bilang beres. Untuk kali memang saya menyelesaikannya semua.
Sampai di TKP saya duduk sejenak. Sibuk memfoto kesana kemari. Pada akhirnya saya bosan. Tempatnya kadang suka bau teletong(Red. Kotoran sapi). Saya sedikit tak nyaman dengan itu. Mau sejenak merehat diri juga kemana. Ini kan Cuma daerah perkampungan biasa. Yang ada cuma akan menambah jengahku. Ke kali sebelah tempat PDKT. Kuakui itu ide buruk. Kalinya itu ya cuma kali kecil yang mengalir kecil juga. Membaca Dek Sophie juga sedikit kurang bisa konsen karena keributan peserta atau panitia yang berlalu lalang.
Cukup terhibur dengan pensi. Saya suka dengan acting-akting mereka. Tapi kalau dibandingkan dengan kelompok dramaku waktu up-grading sepertinya tak ada apa-apanya. Ada yang ide kreatif nan lebay. Cukup mengocok perut karena tingkah wahyu sagalagala(bener itu namanya?) yang jadi pembawa acara. Terpukau dengan Mas Gerry dengan penghayatan membaca puisinya. Puisi sedih yang jauh lebih terlihat menyeramkan.
Istana impian itu harusnya ada deru tangis. Suasana hening dan gelap akan mengautkan semuanya. Untuk angkatan 12 itu tak berlaku. Semua nyaman-nyaman saja dengan rasa ngantuknya. Saya juga nyaman bersandar pada tembok. Semua tampak begitu datar.
Waktu tukar kado, saya sangat amat terkejut. Saya mendapatkan sebuah kado berupa buku dengan sampul sekelompok anak muda yang bertelanjang dada sedang memegang alat kelamin. Dan dua gambar yang tak jelas maknanya. Saya beristighfar sebanyak-banyaknya.
Kurang lebih tuntutan agar saya menjadi jaim karena besoknya akan mengisi empatik adalah sesuatu yang menjengkelkan. Melelahkan. Saya kadang suka capek sendiri harus diam dan terlihat berwibawa.
PDKT angkatan XII 2nd Day
CWC sudah menyita dua akhir pekanku untuk hari ini. Kami para trainer pemula ini (Aku, Helmi dan Ana) harus berlatih kemampuanpublic speaking di SMAN 1 Teladan Yogyakarta dan SMA 8 Yogyakarta.
Sesi satu kurang lebih sama seperti dua latihan yang kami lalui. Derai haru mengisi ruangan itu. Hanya saja peserta terlalu tertutup. Menyembunyikan pengalaman menyedihkannya dibalik kalimat-kalimat bias. Akhirnya saat pembacaan susah untuk berempati saat mendengarkannya.
Tapi yang lucu adalah ceritanya fatma sebagai berikut:
Pada hari itu, aku mempunyai gelar kehormatan yang akan aku sematkan pada diriku sendiri...
Kisah ini bermula pada hari ahad, yang seharusnya aku menonton doraemon dan sinchan, kini justru berhadapan dengan kurang lebih 20-an mahasiswa/i yang mengikuti pelatihan menulis. Aku kebetulan mendapat tugas menjadi co-trainer, yang bisa diartikan 'pembantu' trainer atau sekedar fasilitator yang mengantarkan timing penyampaian materi dari satu trainer ke trainer yang lain.
Pada saat itu, materi yang disampaikan adalah tentang bagaimana kita bisa menulis dengan jujur, layaknya anak-anak. Suasana dibangun, peserta training dipersilahkan duduk nyaman dan dibuat mengingat masa lalunya, kemudian dipersilahkan menulis masa tersakit dalam hidupnya di kertas biru yang telah kami persiapkan. Penciptaan suasana di-per-'parah' dengan alunan nada sedih yang berdendang lewat speaker laptop panitia.
Tak butuh waktu banyak, 5 menit setelah trainer mempersilahkan peserta untuk menulis, ada sesosok perempuan yang menangis paling menyakitkan diantara yang lain, kita sebut saja dia Mawar. Karena desakan dan tuntutan profesi, maka aku harus turun tangan untuk menenangkan Mawar, agar tidak terlalu 'meratapi' nasib, atau minimal tidak mengganggu peserta lain untuk menulis.
Sebelum merangkulnya, aku sekilas membaca tulisan Mawar, agar aku bisa menenangkan dia tanpa harus bertanya kepadanya, apa yang ia tangisi. Disana tertulis, "Ibu selalu ada di benakku... Ibu ------.... Ibu ------... dst, dsb, etc"...
Aku tersentak, dan entah mengapa aku ingin ikut menangis. Aku teringat pada ibuku. Aku beruntung ibuku masih ada, aku sangat beruntung.
Kemudian aku merangkulnya, dan aku berkata bijak,
"Tenang saja... Allah pasti ganti... Allah itu tidak pernah jahat... Allah pasti punya gantinya... Ya?" dan dia mengangguk sambil sesenggukan, badannya terguncang.
"Allah itu sayang banget sama ibu kamu..." dia kembali mengangguk.
Aku meneruskan,
"Allah sangat sayang pada ibu kamu, makanya Allah tidak ingin lama-lama jauh dari ibu kamu, Allah udah kangen... makanya Allah pengen cepet-cepet ketemu ibu kamu, itu semua karna Allah sayang banget sama ibu kamu...".
Mawar terdiam sejenak sambil terus sesenggukan, tak ada anggukan darinya. Tiba-tiba dia menoleh dan berkata padaku,
"Mbak, ibu saya belum meninggal..."
Astaghfirullah, MasyaAllah... Dan detik itu juga aku tak tau apa yang harus ku katakan padanya...
Beberapa detik setelah aku bisa menguasai diri, aku merutuki diriku dengan gelar kehormatan, "Sok Tau"...
Mawar, maafkan aku ya...
Sesi dua. Saya yang mengisi. Saya merasa sudah sangat menghibur. Menggunakan kekuatan penuh. Lawakan – lawakan sudah saya luncurkan. Tapi mereka hanya diam. Tak tertawa. Krik…krik…krik. Dan untuk pertama kalinya aku medapatkan simpati di lembar evaluasi karena merasa kasihan pada saya. Tapi beberapa bilang saya garing. Oh serasa hantu ( hancur hatiku).
Pada sesi saya juga terjadi kekacauan besar, Saat harusnya peserta membacakan hasil diskusi dari gambar. (ingat hanya membacakan!). Malah mereka pensi. Ini angkatan, eksis banget ya? Kayaknya mereka memaksimalkan setiap kesemapatan untuk unujk gigi. Apapun itu harus terlihat eksis. Masak ada yang aking jadi reporter yang sedang membawakan berita, padahal saya cuma minta MEMBACAKAN!!!Ada yang begitu menghayati hasil diskusinya, serasa membaca dongeng. padahal saya cuma minta MEMBACAKAN!!! Wah, benar-benar dirusak sesi saya.
Yang membuat saya merasa berdosa lagi. saat menunggu peserta diskusi, saya melihat sebuah permen. Sambil nunggu saya ngemut tuh permen. Eh sampai beberapa menit permennye belum habis. Padahal sudah mempet waktunya. Akhirnya saya ngasih materi sambil ngemut permen. Hati ketraineran saya mulai berontak, ini nggak bener. Saya melepehnya ke tangan. Bodoh! itu menjijikan. Untungnya hanya beberapa yang melihat. Saya langsung menghambur keluar. Mecuekan penasaran peserta akan apa yang terjadi pada saya. Saat kembali saya masih saja nge-blank akibat kejadian permen tadi. Saya tidak sadar kalau ada peserta yang sudah mengacungkan tangan. hikmahnya permen haram saat Anda membawakan materi.
Sesi tiga lalu sesi habring. Sudah dan saya pulang. Membawa duka. Mebawa label baru. Mas garing! Sekalipun masih banyak yang bilang saya lucu, menarik dan keren (yang terakhir itu harapan pribadi).
Setelah SMA 1 YK, SMA 8 YK dan EMPATIK 1 saya mendapatkan beberapa julukan “Wisnu anak basket”, “Wi5nU C3L4lu 53nD1r1”, dst. Untuk SMA 8, saya benar-benar serius untuk mempertimbangkan membuat fans club. Secara saya keren gitoe loch!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar