Amanah selalu identik dengan tugas dan tanggung jawab. Tapi tak semudah itu memahami mengapa seseorang itu mau berlelah-lelah memanggul amanah. Banyak alasan tentunya. Banyak kisah yang harus kita pelajari untuk setidaknya mampu mengkerucutkan menuju satu kesimpulan hal tersebut. Mulailah menyimak!
Keyakinan akan kefanaan
Kadang ketidakpahaman kita akan sesuatu yang kemudian kita jadikan alasan untuk menolak sebuah amanah. Tidak demikian dengan Nabi Luth. Berhari – hari terus disibukkan untuk membuat perahu. Sama sekali tidak meragukan dan terus membuatnya, dengan keyakinan bahwa ini adalah amanah dari Alloh SWT. Sudah tak terhitung berapa banyak orang menghinanya. Menganggapnya gila. Namun, keyakinanlah yang terus menggerakkannya. Hingga akhirnya banjir itu pun tiba. Perahu itu pun menjadi sesuatu pembuktian akan keyakinan untuk menyelesaikan amanah.Luar biasa!!!
Begitu juga dengan Maryam, ibu Nabi Isa. Dengan kisah heroiknya yang penuh keharuan diabadikan dalam Al Qur’an.
“Dan Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buar kurma yang masak kepadamu” .QS. Maryam: 25
Padahal pada saat itu Maryam hendak melahirkan. Dalam keadaan meregang nyawa menahan sakitnya. Alloh justru menyuruhnya untuk menggoyangkan pohon kurma yang besar. Sungguh perintah yang tak bisa di terima oleh akal manusia. Bahkan untuk ukuran kita, orang yang dalam keadaan sehat saja belum tentu bisa melakukan. Yah, keyakinanlah akan sebuah perintah yang membuatnya melakukannya. Meninggalkan semua logika manusiannya.
Selalu ada hak dan kewajiban yang sama
Tidak ada kekurangan yang membuat kita harus merasa bahwa kita tak akan mampu. Menyerah oleh keadaan. Merasa di pecundangi oleh keadaan. Maka marilah belajar hikmah dari Bunga Tulip. Bukankah kita sepakat bunga tulip itu indah? Perpaduan beberapa warna dalam satu bunga membuatnya terlihat eksotis. Tapi sadarkah kita bahwa itu sebenarnya di sebabkan oleh penyakit?
Bunga tulip yang awalnya hanya bunga satu warna kemudian berubah menjadi bunga yang terhiasi dengan warna-warna lain. Seprti itulah harusnya, kekurangan yang kita miliki harusnya bisa membuat kita menjadi indah. Bukan menjadi busa-busa dari alasan kita.
Menjadi luar biasa
Bukan amanah yang mengatur kita tapi kitalah yang harusnya mengatur amanah. Sayangnya untuk menaklukkan amanah, dibutukan sesuatu yang luar biasa. Tapi yakinlah kita selalu bisa melampui sekat-sekat kapasitas kemapuan diri kita. Bahkan di alam liar kadal betina dapat berubah menjadi kadal jantan. Melampaui kapasitasnya sendiri.
Selalu berakhir membahagiakan
Tak pernah terbayangkan olehku sosok seorang Saad bin Mu’adz. Sosok yang mampu menggoncangkan singgasana Alloh. Singgasana yang di sangga oleh delapan malaikat, ketika kematiannya setelah terluka lama setelah perang badar. Seberapakah perjuangannya hingga hal itu bisa terjadi? Yang jelas, pasti kita akan sepakat bahwa pasti bukan perjuangan dan pengorbanan biasa yang dilakukannya.
Maka kenanglah juga, ketika ‘Ammar bin Yasir berselisih dengan Khalid bin waid. Kemudian Raulullah SAW bersabda: “Siapa yang memusuhi ‘Amma, maka ia akan dimusuhi Alloh, dan siapa yang mebenci ‘Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”.
Hadist itu mengejutkan. Seorang hamba bisa mendapatkan hak luar biasa seperti itu. Yah, bagaimana tidak. Hukuman cambuk, hukuman bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh luka. Sama sekali tak membuatnya harus menyerah untuk memperjuangkan amanah sebagai MUSLIM. Maka, saat ini tak ada alasan lagi untuk kita. Dan yakinlah seberapa beratnya saat ini diri kita karena memikul sebuah amanah. Semua pasti akan berakhir membagaiakan. Berjuanglah!
Dimuat di kotasantri.com
6Maret2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar