Isti Story
Ahad, 4 April Pukul 16.00 di Taman Pasca Sarjana
Hari itu hendak aku melepaskan beban perjalanan, menumpahkannya dalam sebuah tawa ukhuwah. Ide gila siapa ini? Kita piknik dekat kolah masjid apung. ^_^ berangkat dari sebuah perjalanan PKM-GT hingga sampai pada persahabatan tiga orang yang akan diabadikan dalam sebuah Novel “J” yang sedang dalam proses (Proses mengendapkan ide, hehehe.. Ayo menulis lagi yuuk..)
Sebelumnya, aku akan menceritakan awal perjalanan kami..
Suatu hari aku mendapatkan SMS (alias pesan singkat).. “Mbak, mau ikut PKM-GT nggak? Kita mau bikin kaos cerpen gitu, bareng mbak Dyah” begitu inti SMS Whisnu Frian. Segera saya jawab “Ok, boleh juga,yuk.. kapan kumpul?” singkatnya begitu. Pertemuan pertama kali diperpustakaan depan balairung sayap selatan. Tempatnya cukup ekslusif dan sangat nyaman. Disana kami membahas tentang rencana yang akhirnya mereka berhasil aku jebak dalam satu kata “TORCH”. Ya, PKM GT kami mengangkat itu, dan kamipun menyusun rencana. Hingga suatu saat kami kumpul dan berencana meramaikan forum nonfiksi FLP. Tapi, kami terjebak hujan, petir, dan gelap. Namun disanalah Allah menurunkan hidayahnya pada otak kami. Ide cemerlang untuk berkolaborasi menulis NOVEL “Ahaaa!” kami menciptakan alur dan tokoh saat itu juga..
Merasa tidak cukup dengan itu, kamipun melanjutkan ide kami. Dimana coba? Di rumah sakit! Saat mereka menemaniku periksa rutin di J.I.H. Kapan lagi kita “meeting” di temapta elite seperti J.I.H? Hahaha,.apalagi diakhiri minum di Parsley (Hedonnya…bukan, hanya berbagi rezeki sedikit dari beasiswa nyasar saya ^_^)
Sudah cukup konsep dan siap dikerjakan, tinggal riset dan pemantapan.. Dan beberapa saat setelah itu kami kumpul lagi di Grezz Food Court, melaporkan sampai mana gerak kita menuju penulisan. Plus saling support dalam semangat menulis. Paling penting,. Kita disana saling mengenal, saling memuji, dan saling memberikan masukan positif… Subhanallah, semoga persahabatn kecil ini akan bertahan dan menjadi permata indah dalam dunia kepenulisan kelak ^-^
Dan…saat ini, kami duduk untuk berbagi resah dan gundah, membagi suka dan duka..melepaskan beban dan saling menguatkan… Dengan sepotong telur balado, telur cumi udang orak arik (akhirnya tahu kalo whisnu suka udang, jangan rebutan tapi ma dyah ya..hehehe), dan sayur (apa namanya ya dyah?) plus buah buahan dari wisnu, anggur, jeruk, apel.. Nyummi.. berasa makan sehat banget…kurang susu sih, hehe..
Setelah makan, kita curhat bareng dan ada kabar baik, Whisnu mendapatkan apa yang ia impikan (mbak ikut senang dek). Dan Dyah yang terus-terusan kita beri semangat (Ayo, kamu pasti bisa jadi jurnalis hebat!) Dan aku yang mendapatkan banyak energy positif hari itu.
Kami disatukan karena jodoh dariNya. Jodoh untuk sebuah persahabatan atas satu misi : Dakwah dan Menulis. Tak peduli anggapan orang seperti apa tentang kami. Namun, bagiku Whisnu dan Dyah adalah dua adik yang memberikan ketulusan dan semangat dengan esensi berbeda.
Nyai (Dyah Setyowati) : Gadis enerjik, cerdas, jenius, pantang menyerah, namun sedikit rendah diri, dyah..harus tunjukkan bahwa semua orang pantas dihargai dengan sesuatu unik yang dimilikinya.. Maka dari itu yakinlah pada kemampuanmu kawan! You are the best, isti banyak belajar dari Dyah…
Tole (Whisnu Frian) : Laki-laki yang selaslu semangat sambil mengangkat tangannya “Semangat”, adik yang cerdas dan cepat tanggap, bias diandalkan, namun setiap pujian dan kritikan harus masuk seimbang ya dek.. Jadikan kritikan adalah sebuah energy untuk perbaikan diri. Setiap masukan adalah vitamin untuk memperkuat jati dirimu. Jangan takut dikritik, karena percayalah semua orang ingin yang terbaik untukmu, dek.
Isti Mencintai teman-teman karena Allah…
Semoga ini akan bertahan sampai ajal tiba dan dengan karya kita tunjukkan pada dunia kita adalah tiga yang berharga ^_^
Dyah Story
Piknik Senja Akhir Pekan di Taman Pasca Sarjana UGM bersama Trio Kukuruyuk
Berawal dari kerinduan (?) Isti agar kami bertiga kumpul lagi sehingga dia bisa curhat, Minggu (4 April 2010) sore pun dirasa waktu yang tepat (pas udah ngumpul baru nyadar, padahal di Kehutanan lagi ada kajian manhaj).
Tadinya mau Minggu pagi, sekalian ke Sunmor. Tapi Wisnu baru dari Kediri dan dia khawatir belum sampai Jogja saat itu. Saya sih banyak waktu kosong jadi oke-oke aja. Tempat juga terserah. Tadinya saya usul di warung makan martabak modif di Seturan, tapi kejauhan... dan kemungkinan mahal. Wisnu malah sebelumnya usul di Istana Coklat. Yang coklat segelas harganya 13000-an itu, Nu? Boleh aja, kalau mau nraktir.
Minggu siang menjelang zuhur, tak dinyana kami bertiga OL di waktu yang bersamaan. Kami pun berkonferensi via YM. Lalu tercetus usul untuk piknik. Bawa tikar dan termos. Bawa makanan sendiri-sendiri. Kalau istilah Sundanya mah: botram. Ide lokasi yang tepat menyusul segera, taman pasca sarjana. Okelah kalau begitu, kata Wartegboyz.
Saya memperkirakan akan telat. Sebab saya rencana mau ngerjain tugas bareng kawan sampai ashar di kampus. Baru setelah itu pulang ke kosan untuk ngambil wadah dan peralatan makan lainnya, lantas nyari sayur. Wisnu katanya mau bawa buah. Isti bawa lauk. Tadinya saya disuruh bawa nasi. Tapi saya bingung mau beli di mana. Buat sarapan sebelumnya saja akhirnya saya makan di warung burjo karena warung makan langganan pada tutup. Selain itu saya juga lagi ribet mikir karena ada dua orang lagi yang lagi ngajak YM-an. Bunyi “pop” serasa tiada mau henti. Singkat cerita, Isti lah yang membawa nasi.
Karena nggak ada yang ngerti cara ngerjain tugasnya gimana, akhirnya acara ngerjain tugas bareng kawan berakhir lebih cepat. Saya pikir sebaiknya saya langsung ke kosan saja. Sampai di kosan, tadinya mau ngaso dulu sambil dengerin musik dan ngetik-ngetik apa gitu, tapi ternyata waktu udah mepet. Saya pun nyiapin apa yang mesti dibawa. Baru sempet dengerin musik bentar, udah azan ashar aja. Ya udah, solat dan ganti baju deh....
Setelah itu, pergilah saya mencari sayur. Tadinya saya mau ke Rejeki, tapi melihat waktu yang sudah makin mepet jam setengah empat (waktu janjian), akhirnya saya memilih untuk lebih menyingkat waktu. Saya pun belok ke Tazkia saja, meskipun kata teman saya di situ sayurnya banyak pecin. Emang sih, asin banget kalo makannya digado, nggak pake nasi.
Tadinya kalau ada sop saya ingin beli itu, sebab Wisnu titip sayur berkuah. Tapi nggak ada. Akhirnya saya beli sayur lain yang masih tersisa, 2 macam. Yang penting daun-daunan toh. Dan ada kuahnya jugalah, meski dikit. Entar kalau kurang campurin ma air putih saja, begitu saya rencana bilang sama Wisnu kalau anak itu protes.
Wisnu juga minta dibawakan kertas minyak untuk jaga-jaga, 3-4 lembar. Kepada mas kasir saya tanya apakah saya bisa beli kertas minyak juga. Heran aja mas kasir. Katanya, “Ambil aja.” Hehe....
Baru beberapa langkah dari Tazkia, Wisnu sms lagi. Titip kerupuk, katanya. Waduh, malas nian di petang panas begini balik lagi. Nanti sajalah kalau lewat warung atau apa begitu yang jualan kerupuk.
Saya sempat melongok ke balik pintu Bakso Pak Ateng, tapi kerupuknya habis. Akhirnya di Rizky saya bisa mendapatkan 3 bungkus kerupuk rambak, yang masing-masing seharga 500, yang panjang-panjang. Kalau yang bulat-bulat harganya 1000. Lah, paling kalau ditimbang juga beratnya sama-sama aja, nggak bakal nyampe 2 kali lipatnya... :p
Sebelah tangan menenteng plastik Amanda yang berisi wadah sayur, kerupuk, dompet, gulungan kertas minyak... Dengan rok gejet, saya mempercepat langkah ke kawasan pasca sarjana. Amboi, rusuh nian. Kalau pakai rok lebar tentu saya bisa berjalan lebih cepat dan lebih hemat tenaga. Terik mentari ikut-ikutan menentang. Menyengat kulit yang sudah legam. Jalan seperti tiada habisnya. Meski demikian rasanya hati tak sabaran dan ingin pamer: hei, saya mau piknik loh!
Terengah-engah, saya memasuki gerbang kawasan yang dituju. Sebuah motor baru saja masuk dan sudah melaju terus di depan. Itu kayaknya Wisnu. Saya pun berlari-lari kecil. Pas sudah ketemu Wisnu beneran, saya ngos-ngosan.
Kata Wisnu, Isti lagi nyari tempat yang enak. Kami pun mencari Isti. Tidak usah sampai putar-putar, kami menemukan Isti sedang duduk dengan antengnya di suatu dataran berumput di atas kolam, seberang masjid apung. Tempat yang cukup lega untuk kami bertiga. Kami bersuka cita. Masing-masing mengeluarkan penganan yang dibawa.
Isti membawa 3 bungkus nasi, rantang berisi 2 macam lauk, piring-piring, seplastik berisi beberapa bungkus biskuit. Wisnu bawa buah-buahan. Saya bawa sewadah sayur, sendok dan garpu, dan piring-piring. Wisnu ternyata udah bawa beberapa gelas air mineral. Wah, selamat deh botol air mineral isi 1,5 L yang saya bawa...
Kami berasa para tokoh dalam ceritanya Enid Blyton. Itu loh, yang cewek-cewek sekolah di asrama (St. Clare apa Mallory ya? Apa lima sekawan malahan?) terus kalau tengah malam suka pada curi-curi kesempatan piknik di tepi kolam gitu. Selalu saja ada limun, roti isi, dan penganan lainnya yang mereka bawa dan menggiurkan pembaca—saya maksudnya. Kini mereka yang boleh iri sama kami, soalnya kami tidak pakai curi-curi!
Sebelum mulai makan, kami foto-foto dulu. Dengan suatu trik yang pernah saya praktikkan dengan teman-teman saya yang lain, kami bisa foto bertiga, wuahahahahah.... padahal cuman pake kamera hape.
Dan sebelum benar-benar makan, seharusnya forum dibuka dulu dengan salam dan doa. Tapi kami udah pada main suap aja. Untung belum sampai suapan terakhir, kami ingat buat membuka forum.
Dipimpin Wisnu yang udah mulai ngunyah-ngunyah, forum dibuka. Dilengkapi dengan doa makan tentu.
Untung Wisnu nggak protes dengan sayurnya. Saya bilang kalau sayur di Tazkia banyak pecinnya. Isti langsung berdoa demi keselamatan tubuh kami, waha. Isti memasakkan kami balado telor dan orak-arik (?) telor. “Jadi kayak di upgrading”, kata Wisnu. Ya, soalnya selain balado, kerupuk rambak ikut menjadi teman makan juga. Biarpun menunya hampir sama, tapi tempat makannya lebih menyejukkan mata, hehe...
Orak-arik (?) telor Isti bentuknya memang meragukan. Sekilas mungkin bakal terlihat seperti pepes tahu yang hancur lebur atau muntahan (^^V), tapi ternyata di dalamnya ada harta karun... Saya dan Wisnu berebutan udang tapi saya yang dapet duluan. Untuk menghibur Wisnu, Isti memberikannya potongan cumi. Tapi Wisnu akhirnya nggak mau dan memberikannya pada saya. Saat menemukan udang lagi, Isti histeris memberitahukan Wisnu, seperti setelah sekian lama nungguin pancingan akhirnya dapat ikan juga. Wisnu akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya...
Wisnu jadi juara pertama yang menghabiskan makanan. Saya dan Isti, hm, saya nggak memerhatikannya. Yang jelas kami merasa kenyang dan puas! Penganan lainnya harus menunggu untuk bisa kami masukkan ke dalam perut.
Setelah hidangan utama habis, masuklah kami ke acara inti. Apakah itu? Itu adalah forum curhat!
Mulanya kami sharing mengenai gambaran akan masa depan kami masing-masing. Isti pingin mewujudkan sesuatu yang membuat namanya akan dikenang selalu. Saya masih disorientasi. Wisnu pingin melanjutkan studi ke Jepang, mengunduh dorama sebanyak-banyaknya di sana, lalu buka rental dorama di tanah air.
Tidak hanya itu, Isti juga me-review kembali catatan yang kemarin di-upload-nya di Facebook, mengenai sesuatu yang akan terus menggerogoti hidupnya. Yang akan terus mengajaknya bergulat. Isti harus selalu menjadi pihak yang kuat jika tidak mau dibuat terkapar. Betapa dia ingin orang-orang tertentu memahami bahwa dia nggak ingin dipandang lemah. Bahwa dia ingin tetap berkontribusi dengan segenap kemampuan yang ada. Saya tahu kamu pasti bisa, Isti, menunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang kuat, secara mental dan fisik. Menggugah orang lain untuk juga tidak mau kalah dalam berbuat kebaikan. Tsaaah...
Sementara itu, Wisnu sedang berbahagia. Sesuatu yang baru, yang harus ditebus dengan mahar yang mahal, telah memasuki kehidupannya yang selama ini termarjinalkan. Dia masih menikmati masa bulan madunya. Cuman itu curhatnya. Nggak seru kamu, Nu.
Hihi.
Hari sudah makin gelap aja. Padahal mungkin ada aja hal yang bisa kami perbincangkan dengan seru. Hal-hal yang bisa kami bagi, sehingga kami bisa mengenal satu sama lain lebih dekat. Belajar memahami karakter dan kehidupan orang lain. Bahwa orang lain memiliki kehidupan yang sedemikian berbeda dengan kita. Bahwa apa yang kita bagi, setelah dikeluarkan, ternyata bukan hal yang sebegitunya perlu dikhawatirkan. Segala masalah yang dibagi seolah tidak ada artinya lagi setelah disampaikan pada orang lain. Karena kita telah sampai pada suatu kesimpulan, tidak ada solusi selain satu: “berbuat”. Perkataan orang lain tidak akan membantu kalau kita sendiri tidak “berbuat”.
Hm, yah, begitulah menurut saya. Pertemuan dengan Isti dan Wisnu, sejak kami nggak lagi ngomongin PKM GT Kukuruyuk, entah itu di Mal Malioboro, lobby JIH, Grezz, maupun taman pasca sarjana, selalu memberikan saya inspirasi untuk dibawa pulang ke rumah, dituangkan kembali dalam lembar catatan harian. Tidak hanya karena mendapatkan inspirasi, saya juga merasa puas karena telah berbagi, meski tidak semuanya. Dan pada pertemuan kali ini, tidak hanya inspirasi yang bisa saya bawa pulang ke rumah, tapi juga perut yang kenyang dan beberapa butir apel serta sebungkus crispy crackers utuh dari Wisnu (XD).
Acara pun ditutup tidak hanya dengan doa, tapi juga dengan jeritan-jeritan dari Wisnu dan saya karena di tas Wisnu ada ulat. Hahaha....
Terima kasih, Isti dan Wisnu. Makanan dan traktiran mungkin hanya kalian bagi pada pertemuan tertentu, tapi tidak dengan inspirasi. Selalu menyembul setiap kali kita bertemu. Rasanya saya ingin pamer, kita bisa kontinyu kumpul. Meskipun belum nyampe 2 bulan, tapi rasanya seolah kita ini udah suka nongkrong bareng sejak lama banget aja.
Kami hanya sekumpulan manusia yang menemukan satu sama lainnya sebagai manusia lain yang enak untuk diajak berbagi. Dan setiap orang melakukannya.
*DSA*
Wisnu Story
Aku tak mau memberikan judul untuk tulisan ini( kenapa? Suka-sukalah)
The Lucky Laki Sahabat
Aku suka Lampard
Kamu suka Owen
Aku suka Metallica
Kamu suka Agnes Monica
Aku suka Rooney
Kamu suka Anelka
Aku suka Amerika
kamu suka Jamaika
Reff:
Meski kita tak sama
Bukan berarti kita tak bisa bersahabat
Meski kita tak sama
Bukan berarti kita harus bermusuhan
Aku suka Inggris
Kamu suka Perancis
Aku sukanya meringis
Kamu suka menangis
Rasanya sebenarnya semua itu ibarat benang yang selalu terhubung antara satu dan yang lain dan lainnya. Aku selalu bangga bilang kalau Allah itu selalu mengatur segalanya dengan begitu indah. Manis dan pahit. Bisa bertemu dengan si A dan si b;atau si C dan si D; atau si E dan si F; atau si G dan si H; (LANJUTKAN sendiri ya) sebenarnya sudah diatur.
Kalau boleh sombong(aku menaikkan kerah bajuku sedikit keatas), akulah yang jadi inisiator pembentukan tim kukuruyuk ini. Tim yang awalnya cuma ingin bekerjasama mengerjakan PKM GT, eh malah jadi kecanduan untuk terus bekerja sama. Ehm…mungkin karena obsesi kami untuk menggantikan trio kwek-kwek yang sudah bubar itu.haha…bukan, bukan!
Kami itu aneh atau memang aneh, pokoknya tidak ada kata aneh selain aneh. Gimana sih maksudnya? (Gak penting…). Jadi kami selalu punya tempat dan kejadian yang serba mendukung untuk aku menyebutnya sebagai “keajaiban”.
Dari kedinginan karena AC di Perpus pusat 2 UGM( dasar orang desa!), terjebak hujan dan gelap di Balerung, di perpus kedokteran, melihat seliweran bule-bule Malaysia di dekat kos mbak isti, main Games di Mall Malioboro, Rumcay, merasakan jadi orang kaya di Pizza Hut, numpang ngobrol di rumah bu nastiti, menikmati sensasi hujan nan indah dari jendela J.I.H yang eksklusif itu, di Grezz yang untuk pertama kalinya aku mengenal pancake, sampai piknik dibawah pohon di Pasca sarjana. Wah tak terasa sudah sering ya???
Kalau yang main Games di Mall Malioboro, numpang ngobrol di rumah bu nastiti, Pizza Hut bisa dibaca di blogku, frianwisnu.blogspot.com. maaf numpang promosi blog. Dijamin gak rugi kok!halah….
Karena yang di Pasca sarjana sudah dibuat ceritanya sama mbak dyah sama mbak isti, maka aku akan membuat cerita di tempat lain aja. Aku akan bercerita yang lain saja.
Di Perpus Kedokteran
Wah, tiga mahasiswa dari tiga jurusan yang berbeda berada di perpus kedokteran. Aneh rasanya, bukunya rasanya terlihat asing. Buku opo itu. Mana masuk harus bayar 3000 kalau dari fakultas lain. Emang kenapa? Apa sebegitu tidak percaya mereka terhadap mahasiswa luar fakultas ya? Fotocopy juga harus bayar 5000, ih kok mau pinter aja harus bayar mahal. Bukan hanya itu, kami harus siap di hina oleh petugas perpusnya. Ah…mbaknya resek. Emang kalau bukan anak kedokteran gak keren ya? GAK JUGA!
Terjebak hujan di balerung…
Pengennya sih ikut forum. Eh malah gak ada yang datang. Sudah menunggu berjam-jam, sampai spora tumbuh di sekujur tubuh kami (Bukan panu atau kudis). Dengan ditemani mas hasan. Aku, mbak Isti, mbak Dyah malah asyik ngobrol senderi. Dan aku melihat mas hasan hanya duduk sendiri. Entah merenung atau apa. Atau sebenarnya dalam hati bilang “Ih ngapain sih 3 anak itu, malah heboh sendiri”. Sumimasen mas hasan.
Suasana gelap nan mencekam saat itu meliputi sore itu. Kami malah jadi fobia berlebihan. Karena lampu mati, hujannya deras banget, angin seperti putting beliung dulu, petir menyambar dan lampunya mati. Sangking fobianya kami mematikan semua benda yang berbau elektromagentik(laptop, HP dst)soalnya karena takut tersambar petir. Btw, Dasar wanita, malah inget jemuran lah, inget komporlah inget ini dan itulah. Fiuh…untung aku pria. Gak punya hal beribet.
Grezz deket Rumcay
Aku sih fine-fine aja mau kemana, mau di kafe OK lah, di Warteg OK lah, di angkringan OK lah. Kali ini sih di Grezz. Masih tetap seru. Bahkan salah satu yang paling seru.
Di sana kami memesan eskrim dan makanan yang baru ku kenal. Aku sih ngikut-ngikutan beli yang namanya pancake( benar gak sih tulisannya). Kayaknya sih bentuknya seperti serabi, tapi ada yang dikasih eskrim, strawberry, oreo dan cokelat.
Kami kembali merajut cerita tentang novel kolaborasi kami yang berjudul “J”. kok rasanya tanpa kami sadari, kami membuat masa depan kami dalam cerita novel ini(iya gak sih). Karakter tokoh yang kami buat hampir sama dengan kami. Cerita masa depannya hampir sama dengan rencana masa depan kami. Jadi, aku lebih suka menyebut kalau novel ini adalah novel obsesi.hehe…
Berlanjut cerita tentang kami masing-masing. Semua bercerita, baik positif maupun negatif yang kami miliki. Kami berusaha sejujur dan seterbuka mungkin. Pokoknya kami harus mengenal satu sama lain. Rasanya jadi melihat sesuatu yang selama ini tak kuketahui dari mereka.
Kami pulang…
Btw, Ya…namanya laki-laki sendiri, aku harus mampu menjaga dan memahami para calon ibu-ibu itu. mereka ya, seperti wanita biasanya yang menyelesaikan dan melihat segala sesuatunya dari sudut pandang gender mereka. kadang aku hanya bisa geleng-geleng atau hanya sanggup diam kalau sudah tak mengerti apa yang dibahas mereka. Tapi kalau bertemu mereka berdua rasanya jadi gak terlalu kangen lagi dengan ibuku. Apalagi waktu-waktu itu, ibuku sedang operasi. Mereka seperti menghiburku. Tapi jadi belajar banyak tentang wanita…