Biasanya buber hanya diisi dengan kegiatan menyantap buka secara bersama-sama. Datang , nunggu magrib setelah itu langsung makan. Yah, kalau gitu apa bedanya dengan buka sendiri. Tapi kemarin berbeda, saya dan mbak Dyah, mbak Isti dan mbak Nunung makan di djejamuran Jalan Pandega dengan suasana hangat kekeluargaan. Rasanya memang merindukan pertemun penuh keajaiban dengan Tim Kukuruyuk. Apalagi sekarang temanya adalah makan gratis. Terima kasih Mbak Nunung.
Kali ini pembicaraannya berkutat pada cerita dibalik keluarnya Mbak Isti dari FLP. Dia bercerita kalau memang FLP adalah segalanya, tapi bagaimana juga sekarang jalan terbaik bagi dirinya adalah dengan keluar. Berkosentrasi dengan LSM TORCHnya. Semoga menjadi yang terbaik ya mande!
Mbak Nunung mondar-mandir karena tak tau dimana tempatnya. Jadi saya berdiri di depan warung layaknya patung penyambut. Dan itu berhasil.
Obrolan jadi melangkah ke topik tentang Negara. Kaitanya dengan hubungan Indonesia dengan Malaysia. Mulai menguraikan kesremrawutan Indonesia yang punya segudang kekayaan ini. Miris sekali.
Eh, saya lupa kenapa setelah itu kita berpindah ke topik tentang buruknya pelayanan kesehatan Indonesia. Tentang suster yang suka tidak manusiawi terhadap pasien. Dokter dengan dedikasi rendah dan cenderung memperkaya dirinya sendiri. Sampai pembahasan mengenai obat. Ah, pembahasan yang sama sekali tak menyentuh ranah ilmu kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar