Kepada:Yth. Bapak/Ibu Pencuri Budiman
Di tempat
Oh pencuri yang budiman dimanapun kamu berada saat ini. Aku disini melihatmu dengan jelas. Kamu terlihat seperti babi yang tengah mengendus. Gemuk karena memakan apa yang bukan hakmu. Tertawa mengendus seperti tak pernah puas dengan jarahanmu.
Pencuri budiman apakah kamu punya anak? Kamu punya istri? Kamu punya orang tua? Apakah kamu tega menyumpal mereka dengan sesuatu yang kamu dapat dari kerugian orang lain. Tega sekali kamu?! mungkin orang yang kamu sayang akan menanggung hukuman dari apa yang kamu perbuat tapi tidak mereka perbuat.
Pencuri budiman ingatlah bahwa sebutuh apapun dirimu, tetap saja tidak ada alibi yang akan membenarkan tindakanmu mengambil motor temanku. Kamu tidak tau betapa temanku menderita karenanya. Bukan karena kerugian berupa materi, tapi lebih pada kepercayaan. Tentu saja pencuri budiman kau tidak akan berempati. Kamu saja tega menipu keluargamu dengan memberikan keharaman. Lalu peduli amat dengan temanku, toh kamu juga tidak menganalnya.
Oh mungkin aku mengiba padamu. Kumohon kalau kamu membaca surat kalengku ini. Segera kembalikan motor temanku. Biarkan hidupmu lebih mulia bukan dihadapan sesama manusia, tetapi juga dihadapan Allah-kamu masih mengingatnya?-. Ingatlah ada hidup setelah hidup. Ada pembalasan setelah perbuatan. Ada hukuman setelah kejahatan. Ada pahala setelah kebaikan.
Percayalah kebaikanmu akan mengalirkan kebaikan selanjutnya. Kalau kamu mengembalikan motor temanku setidaknya kamu juga telah meringankan beban polisi hingga mereka lebih punya waktu dengan keluarganya. Saranku kalau mencuri jangan mencuri motor temanku karena dia orang baik. Kalau kamu ingin mencuri aku akan memberi saran padamu. Ini rahasia kita berdua! Aku ingin meyakinkanmu ini rahasia kita berdua! Jadi…di negeri kita ada banyak orang yang lebih pantas kamu curi. Mereka yang menyebabkan kamu ada sebagai pencuri. Mereka adalah biang para pencuri. Mereka mencuri hakmu dan sekian juta sauadara kita yang lain. Ehm, aku mengatakan padamu mereka adalah KORUPTOR.
Aku memberitamu keberadaan mereka dimana. Gampang…cara mencarinya adalah dengan mencium baunya. Kalau kamu mencium bau tikus busuk, itu mereka. Ambil hakmu. Curi sepuasmu. Kamu akan mendapatkan lebih banyak, lebih mewah. Oh…maka kembalikan motor temanku dan bertobatlah!
Yogyakarta, 24 April 2011
Senin, 25 April 2011
09042011
Hingga beberapa saat saya lupa (malas) untuk mengarsipkan berbagai macam peristiwa dalam hidupku. Terkenang memang dalam catatan otakku. Tapi saya tak yakin itu akan bertahan lama. Otakku terbatas, muatan yang terkadang tidak penting terlindas cepat oleh cerita baru. Lalu yang ada hanya keluapaan. Tidakkah itu kesia-siaan? Saya sadar bahwa menulis kejadiaan yang terjadi saat ini merupakan tabungan kenangan masa tua.
Sabtu, 09 April 2011
Kehilangan apa yang berharga itu tidak sama dengan kehilangan sesuatu yang mahal. Namun, mahal bisa menciptakan rasa berharga itu sendiri.
Ketika Ana kehilangan motor. Saya melihat matanya bengkak dalam tetesan air mata-Jujur itu untuk kedua kalinya saya melihatnya menangis-. Lalu saya hanya diam tak tau apa yang harus dilakukan. Saya hanya tau bahwa saat itu yang harus dilakukan adalah menemaninya sampai semua selesai. Setidaknya keberadaan saya disampingnya membuatnya tenang.
Saya sadar ini hanya musibah. Musibah itu tak pernah sanggup teramal oleh manusia. Kadang kita sudah berhati-hati musibah itu masih menghinggapi diri kita. Kita memang tak pernah sanggup lari dari hal tersebut. Semua sudah tertulis rapi pada perkara bernama takdir.
Satu hal yang saya pelajari kemarin adalah saat sebenarnya ketika musibah itu datang, kita akan tau sebarapa sukses kita menjadi manusia. Manusia tersukses adalah manusia yang sanggup bemanfaat bagi orang lain. Lalu kita akan mengukur kesuksesan kita dengan variable seberapa banyakkah empati itu datang untuk kita? Seberapa banyakkah orang peduli pada kita? Seberapa penting kabar musibah ini berpengaruh bagi orang lain?
Dan saya gagal menjadi orang yang berempati, gagal menjadi orang yang peduli, gagal menjadi orang penting bagi orang lain. Kata Lido, Kita akan dianggap penting oleh orang lain salah satu buktinya ketika kita diberi kepercayaan orang lain.
Malam. Saya menitipkan kegagalan-kegagalan itu pada semua tiupan orchestra music brass yang terdengar menyentuh, menghentak, dan menggugah. Pada setiap lagu saya mencoba membuang perasaan bersalah. Perasaan bahwa saya tak menjadi yang terbaik bagi teman saya. Tak pernah menjadi orang yag dipercaya oleh teman saya. Biarkan itu terkelupas oleh suara seriosa Hana yang mengalun mendayu. Maafkan saya!
NB: Kalau bingung membaca tulisan ini. Saya justru bersyukur.
Sabtu, 09 April 2011
Kehilangan apa yang berharga itu tidak sama dengan kehilangan sesuatu yang mahal. Namun, mahal bisa menciptakan rasa berharga itu sendiri.
Ketika Ana kehilangan motor. Saya melihat matanya bengkak dalam tetesan air mata-Jujur itu untuk kedua kalinya saya melihatnya menangis-. Lalu saya hanya diam tak tau apa yang harus dilakukan. Saya hanya tau bahwa saat itu yang harus dilakukan adalah menemaninya sampai semua selesai. Setidaknya keberadaan saya disampingnya membuatnya tenang.
Saya sadar ini hanya musibah. Musibah itu tak pernah sanggup teramal oleh manusia. Kadang kita sudah berhati-hati musibah itu masih menghinggapi diri kita. Kita memang tak pernah sanggup lari dari hal tersebut. Semua sudah tertulis rapi pada perkara bernama takdir.
Satu hal yang saya pelajari kemarin adalah saat sebenarnya ketika musibah itu datang, kita akan tau sebarapa sukses kita menjadi manusia. Manusia tersukses adalah manusia yang sanggup bemanfaat bagi orang lain. Lalu kita akan mengukur kesuksesan kita dengan variable seberapa banyakkah empati itu datang untuk kita? Seberapa banyakkah orang peduli pada kita? Seberapa penting kabar musibah ini berpengaruh bagi orang lain?
Dan saya gagal menjadi orang yang berempati, gagal menjadi orang yang peduli, gagal menjadi orang penting bagi orang lain. Kata Lido, Kita akan dianggap penting oleh orang lain salah satu buktinya ketika kita diberi kepercayaan orang lain.
Malam. Saya menitipkan kegagalan-kegagalan itu pada semua tiupan orchestra music brass yang terdengar menyentuh, menghentak, dan menggugah. Pada setiap lagu saya mencoba membuang perasaan bersalah. Perasaan bahwa saya tak menjadi yang terbaik bagi teman saya. Tak pernah menjadi orang yag dipercaya oleh teman saya. Biarkan itu terkelupas oleh suara seriosa Hana yang mengalun mendayu. Maafkan saya!
NB: Kalau bingung membaca tulisan ini. Saya justru bersyukur.
Langganan:
Postingan (Atom)